Rating 5 / 5. Total vote: 1

Belum ada vote, silahkan anda yang pertama!

Diupload oleh Alex Wienarto
Diperbaharui tanggal

Banjir Darah di Pantai Sanur

SI BUTA DARI GUA HANTU EPISODE 03:

Kisah SBDGH jilid 5 s/d 8 yg mengangkat judul Banjir Darah di Pantai Sanur, diilhami oleh film “Seven Samurai”nya Akira Kurosawa (1954) serta film western “The Magnificent Seven” (1960) yg dibintangi Yul Brynner, Steve Mc Queen, Charles Bronson dll. Film ini berkisah ttg 7 jagoan yg bersatu padu karena tergerak untuk membela warga sebuah desa yg teraniaya oleh sekomplotan perampok yg senantiasa menjarah harta benda mereka. Hanya saja di tangan sosok sekreatif beliau, maka materi cerita itu menjadi semakin menarik untuk disimak karena beliau menambahkan wawasan Nusantara dan unsur drama kehidupan yg mengharukan di dalamnya.

Hal ini jelas terlihat dari tokoh2 pembela kebenaran yg terlibat dlm aksi kemanusiaan tsb. Mereka terdiri dari Barda yg berasal dari Tanah Banten, Daeng Martundong yg orang Makassar, Datuk Si-gura2 dan putrinya Sabai yg berasal dari Tanah Tapanuli (meskipun ada tanda tanya dlm diri saya bgmn Datuk Si-gura2 bisa menamai putrinya dgn nama khas wanita Minangkabau?), Patih Mandalawe dari Trowulan, Lagora si Singa Laut yg berasal dari Nusa Laut dan si Bocah alias Gito yg ternyata adalah putra kandung Daeng Martundong (ini juga membuat saya merasa janggal, bgmana Daeng yg suku Bugis bisa menamai putranya dgn nama Jawa?). Tanpa memandang etnis mereka ber-sama2 menyabung nyawa utk membela warga desa Sanur di Pulau Dewata. Kisah semakin menarik karena ada jalinan kisah dramatis dibalik kehidupan pribadi para pendekar itu.

Synopsis :

Desa Sanur di Pulau Dewata sering dijarah oleh perompak dibawah pimpinan I Gusti Banda Purarai yg merupakan kaki tangan penjahat maha sakti bergelar Leak Hitam. Wakil lurah I Made Ngurah diutus untuk mencari pendekar2 yg berani dan sanggup melawan komplotan tsb. Setibanya di Jawa Timur, ia melihat kehebatan Si Buta beraksi mengalahkan seorang perampok yg menyandera seorang balita dgn sekali gebrakan saja. Terkesan dgn hal itu iapun memohon pertolongan Si Buta yg tentu saja lgsg disambut baik oleh sang pendekar. Begitu pula dgn seorang pemuda yg mereka juluki Si Bocah yg selalu mengikuti Barda kemanapun ia pergi. Selanjutnya mereka “merekrut” Daeng Martundong, Pendekar Makassar. Juga 2 pendekar yg saling berseteru yaitu Datuk Si-gura2, pengembara asal Tapian Nauli dan Patih Mandalawe yg merupakan penguasa daerah itu berhasil didamaikan dan sama2 bersedia utk ikut dlm misi kemanusiaan tsb. Tak ketinggalan Sabai, putri semata wayang Datuk yg dgn setia mengikuti ayahnya.

Ketika menyeberangi Selat Bali dgn menumpang kapal milik Lagora si Singa Laut, seorang pensiunan bajak laut, mereka dihadang oleh bajak laut pimpinan Burdu Sinaga, bekas “rekan seperjuangan” Lagora. Dgn bahu membahu, pendekar2 tsb membantu Lagora dari serangan para bajak laut tsb. Lagora berhasil membunuh Burdu. Namun sayang kapal terbakar shg mereka hrs melanjutkan perjalanan dgn rakit sampai ke Pantai Sanur.

Para pendekar mulai melatih warga desa utk berperang dan membuat benteng pertahanan. Hingga Sabai memergoki adanya komplotan pengkhianat dari kalangan warga desa tsb. Sayang di internal kelompok para pendekar sendiri mulai ada perpecahan. Hal ini dimulai saat Daeng melihat kalung yg dikenakan oleh Sabai dan kemudian menculik gadis itu. Tentu saja Datuk, sbg ayah tidak terima atas perlakuan Daeng tsb. Maka terjadilah perseteruan diantara keduanya.

Mengetahui adanya perpecahan di internal para pendekar, maka pihak lawan segera beraksi. Para perompak menyerang dibawah pimpinan I Gusti Banda Purarai sendiri. Terjadilah pertarungan antara para bajak laut melawan warga desa dibawah pimpinan 7 Pendekar shg korban berjatuhan dari kedua pihak. Berkat kehebatan Pendekar2, para bajak laut berhasil dikalahkan bahkan I Gusti Banda Purarai pun tewas di tangan Si Buta. Dipuncak pertempuran setelah semua bajak laut berhasil dikalahkan, muncullah Tri Wisa Sarpa, adik seperguruan Sapujagat melakukan perlawanan terakhir. Mengira Tri Wisa Sarpa adalah jelmaan Leak Hitam, maka setelah Tri Wisa berhasil dibunuh, para pendekar merasa tugas kemanusiaan mereka sdh selesai. Merekapun mohon diri kpd lurah desa I Nyoman Putuoka.

Tak disangka justru I Nyoman lah Leak Hitam yg sesungguhnya. Satu persatu Pendekar dari penjuru Nusantara tsb roboh di tangan tokoh hitam maha sakti tsb. Sebelum tewas, Daeng dan Datuk berhasil menyelesaikan kesalah pahaman diantara mereka. Ternyata Sabai adalah putri Daeng yg dilahirkan oleh istri Daeng yg waktu itu diculik penjahat dalam keadaan hamil tua dan ditolong oleh Datuk. Bayi Sabai berhasil diselamatkan oleh Datuk namun sayang nyawa sang ibu tak tertolong. Si Bocah pun ternyata adalah putra Daeng yg diculik para penjahat waktu kecil.

Barda berhasil membunuh Leak Hitam, namun dari pihak para pendekar tinggal tersisa Sabai dan Barda sendiri yg masih hidup. Daeng Martundong, Datuk Si-gura2, Si Bocah, Patih Mandalawe dan Lagora si Singa Laut satu persatu tewas sebagai para pahlawan dalam membela rakyat Sanur yg lemah dari tangan Leak Hitam. Sabai tetap tinggal di pulau Dewata, sedangkan Barda melanjutkan perjalanannya ke Tanah Sumbawa di Nusa Tenggara Barat.

 

Karya

Serial

Penerbit

Genre

Kondisi

00 - Tak Tahu

Kemasan

Cetakan

C1 - Cetak Ulang Baru

ISBN

979-9928-4-4

Ijin Terbit Tahun

2007

Jilid

1, 2, 3, and 4