JAKA SEMBUNG EPISODE XI :
“IBLIS PULAU ARU”
Karya : Djair Warni
Tahun terbit : 1972
Tebal : 372 halaman (6 jilid)
Episode XI (Iblis Pulau Aru) dan XII (Wori Pendekar Bumerang) merupakan “dwilogi” dgn jalan cerita yg saling berkaitan satu sama lain.
“Iblis Pulau Aru”(IPA) sendiri mengisahkan pengalaman Karta (Si Gila dari Muara Bondet) dan Baureksa (Si Kaki Tunggal) yg terdampar di kepulauan Aru, serta kemudian di tengah cerita, pasutri Umang (Si Tangan Satu) dan Mirah yang terdampar di kepulauan Tanimbar juga ikut bergabung. Keempat rekan Jaka Sembung itu terlibat dlm intrik-intrik perebutan kekuasaan oleh penguasa setempat…..
Djair semakin memantapkan dirinya sbg seorang “story teller” yg handal. Dengan piawai ia menggiring opini pembaca kpd seorang “tersangka”. Lalu dgn lihai membuat “plot twist” diluar dugaan di akhir cerita. Kita seakan membaca novel detektif Agatha Christie saja layaknya. Semula saya sempat mengira bahwa WanDa’i lah tokoh antagonis utamanya sebagai si penyandang gelar IPA. Sedangkan pria ringkih tua Maleang Pangaru (MP) yang dijumpai Karta dlm tahanan WanDa’i adalah Kepala Suku lama yang direbut tahtanya oleh WanDa’i. Siapa sangka akhirnya terungkap bahwa justru MP lah dalang utama dari semua intrik2 yg terjadi di istana Aru sehingga para pendekar Jawa yang ikut terlibat dalam kasus inipun ikut terkecoh…..
Djair juga pandai memanfaatkan kearifan lokal utk menambah daya tarik komiknya. Bila dlm “Papua” ia mengeksplorasi eksotisme rimba Papua dgn faunanya yg khas, maka dlm IPA ia menggali potensi alam bahari Kepulauan Maluku yg terkenal dengan julukan Nusa Laut itu. Misalnya saja butiran2 mutiara yang menjadi target kerakusan IPA. Gurita raksasa penghuni gua dasar laut yg nyaris memangsa Karta saat ia mencoba mengungkap misteri sarang IPA. Hingga kolam penuh hiu untuk mengeksekusi para pembangkang yang mengingatkan kita kpd cara boss2 villain di film James Bond dalam menghukum musuh2nya..
Sinopsis :
Karta (Si Gila dari Muara Bondet) dan Baureksa (Si Kaki Tunggal) yg terdampar di kepulauan Aru harus terlibat dalam urusan perebutan kekuasaan disana. Dimulai saat mereka berdua menolong seorang janda yang nyaris diperkosa oleh oknum2 laskar WanDa’i, kepala suku yang baru mengambil alih kekuasaan dari kepala suku yg lama. WanDa’i langsung menghukum anakbuahnya, lalu menerima Karta dan Kaki Tunggal sebagai tamu kehormatan di istananya. Ia menjelaskan bahwa ia “terpaksa” mengambil alih tampuk pimpinan karena konon kepala suku yg lama tlh melakukan “deal2” yang merugikan rakyat dgn “Iblis Pulau Aru” (IPA), sang penguasa misterius lalim yg konon bersemayam di dasar laut Aru. Rakyat dipaksa menyerahkan upeti berupa mutiara2 yg menjadi mata pencaharian utama mereka. Selanjutnya WanDa’i memperkenalkan Nomina, permaisurinya yg cantik namun sayang tuna wicara, Dukun Suku Naomi yg mirip nenek Lampir, juga bodyguardnya Wori yang merupakan pria suku Maori bersenjata khas bumerang sehingga dijuluki “Wori Pendekar Bumerang”. Kedua pendekar asal Tanah Jawa itupun diajak tinggal di istana….
Malamnya saat bulan purnama, Nomina diculik oleh manusia kera misterius, namun untunglah Karta berhasil menyelamatkan permaisuri WanDa’i tersebut. Setelah si manusia kera kabur, tiba2 saja ada tenaga gaib memengaruhi Nomina dan Karta sehingga keduanya dirasuki nafsu seks dan melakukan hubungan terlarang. Beberapa bulan kemudian Nomina hamil, membuat WanDa’i senang bukan kepalang. Ternyata perselingkuhan Karta dan Nomina itu merupakan jebakan yg sdh diatur oleh Dukun Naomi agar WanDa’i memiliki keturunan lewat benih Karta karena ia sendiri merupakan laki2 yg mandul. Sementara itu Karta sendiri diliputi rasa berdosa kepada anak istrinya yang ia tinggalkan di Jawa. Untunglah Baureksa yg bijak menasehatinya dan mengatakan bahwa semua kejadian itu bukanlah kesalahannya…..
Bbrp hari kemudian, seorang mata2 menerobos ke istana Aru. Dgn nalurinya yg tajam Dukun Naomi langsung menaruh curiga bhw mata2 itu tak lain drpd Pampani, putra Maleang Pangaru (MP) kepala suku lama, yang menyamar. Pampani pun kabur dikejar oleh Karta. Karta berhasil menangkap Pampani. Dari putra mantan kepala suku itu Karta mendapat informasi bahwa ia datang untuk menjenguk Nomina yg tak lain merupakan adik kandungnya yang dikawin paksa oleh WanDa’i. Juga untuk mencari keberadaan MP ayahnya yang konon ditawan oleh IPA. Ia juga mengabarkan bhw saat ini ia tengah menyusun kekuatan yang bermarkas di kepulauan Tanimbar untuk merebut kembali tahta istana Aru, dibantu oleh 2 pendekar pasutri dari Tanah Jawa yakni Umang (si Tangan Satu) dan Mirah. Betapa senangnya Karta mendengar bahwa kedua temannya dalam keadaan selamat. Iapun berjanji akan membantu Pampani untuk mencari sang ayah serta merebut kembali tahta Aru dari tangan WanDa’i. Setelah berpisah dengan Pampani, Karta pun menyampaikan kabar gembira kepada Baureksa bahwa Umang & Mirah masih hidup…..
Karta dan Baureksa berbagi tugas. Baureksa memantau situasi di dlm istana agar WanDa’i tak menaruh curiga shg Karta dpt bergerak lebih leluasa mencari lokasi penjara bawah laut dimana MP diperkirakan ditahan oleh IPA yg bersekongkol dgn WanDa’i. Karta berhasil menemukan MP dalam tahanan, dan menceritakan rencana putranya yg akan merebut kembali tahta Aru. Kemudian ia berusaha membebaskan orang tua itu dari penjara bawah laut, tapi sayang gagal. MP berhasil ditangkap kembali oleh anakbuah IPA dan dilempar ke kolam hiu shg “habis” dimangsa oleh ikan2 buas itu. Merasa telah gagal membebaskan MP, Karta mencoba kabur, namun dihadang oleh seseorang berkostum mirip cosplay ikan hiu. Ternyata itulah IPA, yang segera menyuruh anakbuahnya membereskan Karta, lalu ia sendiri pergi dari situ untuk menghadapi Pampani dan laskarnya yg akan menyerang istana Aru yg kini tengah berpesta-pora menyambut kelahiran “putra” WanDa’i (yang sesungguhnya adalah darah daging Karta)…..
Pertarungan kolosal antara pasukan WanDa’i melawan pasukan Pampani pun terjadi. IPA muncul dan membuka “kostum cosplay” hiunya. Ternyata dia tak lain daripada MP sendiri yg pada waktu Pampani & Nomina masih balita merebut tahta Aru dari tangan ayah mereka. Ayah ibu Pampani & Nomina dibunuh, sedangkan kedua balita tersebut dipelihara oleh MP sehingga mereka mengira bahwa MP adalah ayah kandung mereka. Selanjutnya MP menikahi Dukun Naomi yg punya ilmu sihir iblis sehingga warga Aru pun takut untuk memberontak. Lahirlah WanDa’i, yang sebagai anak keturunan iblis, sanggup merubah wujudnya jadi manusia kera setiap bulan purnama. Setelah Pampani dewasa, MP membuat rencana sedemikian rupa agar WanDa’i dapat menjadi penguasa di istana Aru. Ia membuat seolah dirinya “ditangkap dan ditawan” oleh IPA (yang sebetulnya adalah tokoh rekaannya sendiri) setelah lebih dulu menyuruh Pampani lari menjauh dari istana Aru hingga terpaksa hidup sebagai seorang pelarian di Tanimbar….
Akhirnya Pampani dibantu oleh pendekar2 dari Jawa (Karta, Baureksa serta juga Umang & Mirah yang ikut bergabung bersama laskar Pampani yang datang dari Tanimbar) berhasil membunuh IPA, Naomi serta manusia kera jelmaan WanDa’i. Wori yg menyadari bahwa selama ini berada di pihak yang salah, beralih mengabdi kepada Pampani yg didaulat oleh rakyat Aru untuk menjadi kepala suku yang sah menggantikan mendiang ayahnya yg telah dibunuh oleh IPA. Karta pun belajar untuk menerima Nomina dan putranya sbg anak istrinya, didukung oleh Baureksa, serta Umang dan Mirah yang juga merindukan hadirnya seorang anak diantara mereka berdua…… *****
Judul berikutnya: WORI PENDEKAR BUMERANG.