Rating 0 / 5. Total vote: 0

Belum ada vote, silahkan anda yang pertama!

Diupload oleh Alex Wienarto
Diperbaharui tanggal

Kemelut Melati di Tapal Batas

“KEMELUT ; MELATI di TAPAL BATAS”.
(Kiat Maestro Ganes TH “mengejawantahkan” sebuah drama satu babak ke dalam bentuk Cergam).

Dimuat bersambung di “Majalah HAI”, edisi Agustus 1983.

Dekade 1980 – 1990an generasi muda kita tengah dilanda “demam” mengekspresikan diri dalam bentuk pertunjukan² pentas/panggung yang dikombinasikan dengan musik seperti : cabaret, Operet, pentas² drama/sandiwara, folksong serta sejenisnya. Dalam upaya menangkap fenomena inilah agaknya Pak Ganes TH mencoba membuat Cergam berupa drama satu babak berjudul “KEMELUT ; Melati di Tapal Batas” ini untuk konsumsi kaum muda pembaca Majalah Muda-Mudi HAI yang cukup populer pada masa itu. Upaya yang cukup kreatif dan patut diacungi jempol dalam usaha menggaet minat baca para remaja kala itu…

Kisahnya mengambil Episode seputar Peristiwa “Bandung Lautan Api”, 23-24 Maret 1946, saat mana Belanda dengan tentara NICAnya “membonceng” pasukan Sekutu (Inggris) untuk mencoba menganulir Kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamirkan 17 Agustus 1945. Dengan alasan melakukan pelucutan senjata terhadap sisa tentara Jepang, mereka memasuki kota Bandung dan memerintahkan pengosongan/Evakuasi warga dari Bandung Selatan. Tak rela kota Bandung beserta infrastrukturnya dijadikan sarana oleh tentara NICA untuk menguasai kembali Bumi Pertiwi, maka sambil mengevakuasi warga, pasukan TRI (Tentara Rakyat Indonesia) membumi hanguskan kota Bandung. Momen inilah yang oleh Pak Ganes dijadikan latar sebuah drama satu babak, yang disajikan ke dalam bentuk Cergam. Dan seperti biasa, beliau membalut kisahnya dengan drama percintaan segi tiga penuh darah dan airmata serta pengkhianatan diantara tokoh²nya…….

*Pendahuluan (berupa Narasi) :

Dalam suasana diliputi ‘mental breakdown’ karena dipaksa melakukan evakuasi dari kota Bandung ke arah Selatan dibawah hujan peluru oleh pihak musuh, maka dikisahkan sisa² pasukan TRI dibawah Komando Letnan Harun bermalam di sebuah gedung tua yang kebetulan merupakan rumah masa kecil Sersan Darwin, salah satu anakbuah Letnan Harun, yang mendiang ayahnya merupakan Kepala Onderneming/Perkebunan Belanda. Dan disinilah drama satu babak yang penuh konflik psikologis dari oknum² yang terlibat di dalamnya ini dimulai……..

*Set/Properti :
Set panggung berupa interior sebuah gedung tua zaman Kolonial yang kumuh tak terurus karena telah lama ditinggalkan oleh penghuninya…..

*Para Pemeran :
1. Letnan Harun, komandan pasukan.
2. Sersan Darwin, wakil komandan.
3. Kopral Hasan, anggota pasukan yang diam² menaruh hati kepada Perawat Erna.
4. Melati (petugas palang merah 1) yang merupakan kekasih Darwin.
5. Erna (petugas palang merah 2) yang diam² menaruh hati kepada Letnan Harun.
6. Kopral Tolib, anggota pasukan yang ternyata merupakan mata² Belanda.
7. Sumi (petugas palang merah 3)
8. Agus, tokoh pengecut yang justru sukses memanggil bala bantuan.
9. Giman, anakbuah Harun.
10. Karjo, anakbuah Harun.
11. Kapten Amir dan anak buahnya yang datang memberikan bantuan.

*Synopsis :

Karena lelah fisik maupun mental, Letnan Harun menyetujui usul Sersan Darwin, wakilnya, untuk mengajak sisa pasukannya yang tinggal beberapa orang bermalam di sebuah gedung tua yang terbengkalai, dan kebetulan merupakan rumah masa kecil Darwin sendiri, waktu ia masih hidup bahagia bersama kedua ortunya. Pada waktu itu ayahnya dipercaya oleh pihak Belanda mengepalai ‘Onderneming teh’ disana…..

Suasana depresi jelas tampak pada diri Letnan Harun dan anak buahnya. Dimulai sejak Harun meminta para perawat mencabut peluru yang bersarang di kakinya. Melati, kepala perawat, tak setuju karena mereka tak punya persediaan obat bius untuk melakukan operasi, juga obat pencegah infeksi. Tapi Harun tetap memaksa. Bahkan waktu Melati hendak menyalakan api untuk memanaskan pisau guna mencegah infeksi, Harun melarang karena cahaya api memudahkan musuh yang sudah mengepung di luar gedung untuk menembaki mereka. Akibat “operasi pembedahan” yang dilakukan seadanya, Harun jatuh pingsan……

Adegan beralih pada pembicaraan Melati dengan Darwin di pojok ruangan. Ternyata telah terjadi hubungan yang mendalam antara mereka sehingga menghasilkan benih dalam rahim Melati. Namun Darwin ragu pada janin yang dikandung Melati karena diam² ada beberapa laki² lain menaruh hati kepada gadis itu. Melati kecewa karena Darwin meragukan kesetiaannya. Darwin pun menyesal akan apa yang telah diucapkannya……

Sementara itu, perawat Erna amat menaruh perhatian kepada Harun yang tengah pingsan. Hal ini membuat Hasan, yang diam² juga ‘ada hati’ kepada Erna, menjadi cemburu. Apalagi Kopral Tolib terus menghasut dengan kata²nya yang menyakitkan hati Hasan, bahkan berani menuduhnya sebagai dalang pembunuhan keluarga Harun beberapa waktu yang lalu. Akibatnya nyaris terjadi baku hantam diantara keduanya, namun urung karena tiba² Giman yang bertugas jaga di luar, masuk dalam keadaan luka tertembak dan kemudian langsung tewas. Selang tak lama terdengar pula jeritan penjaga lainnya, yakni Karjo. Perawat Sumi yang tak tega mendengar rintihan Karjo segera lari keluar gedung dengan membawa kotak obatnya, tapi baru saja tiba di luar gedung, senjata musuh telah memberondongnya hingga tewas……

Suasana makin mencekam. Tiba² Tolib dengan gagah melangkah keluar gedung sambil memberondongkan senjatanya dan menghilang di kegelapan malam. Sementara itu, merasa di’back up’ oleh Tolib, Melati dan Erna memberanikan diri keluar untuk membawa masuk jenazah Karjo dan Sumi. Bersamaan dengan itu, Harun tersadar dari pingsannya dan dalam keadaan setengah sadar, ia memberondongkan senjatanya secara membabi-buta keluar jendela. Hingga Darwin mengingatkan bahwa tindakan itu sia² dan hanya mem-buang² persediaan amunisi. Ia menyarankan untuk mencari bala bantuan dari pasukan Kapten Amir yang memiliki barisan tentara yang lebih banyak dan terlatih. Harun setuju dan memerintahkan Agus untuk mencari bala bantuan tersebut. Agus yang pengecut merasa ketakutan. Tapi menurut Harun, justru orang penakut seperti Agus akan lebih penuh perhitungan dan bukan cuma mengandalkan tindakan nekad semata. Maka ia memaksa Agus untuk pergi. Merasa tak punya pilihan, Agus pun pergi dengan me-runduk² dan menangis ketakutan……

Sepeninggal Agus, tiba² Harun mengungkapkan bahwa ia sesungguhnya sudah lama mencurigai bahwa ada pengkhianat di dalam pasukannya. Ia menunjukkan sehelai saputangan bernoda darah yang ia dapatkan dalam genggaman jenazah ibunya, yang tewas dibantai Belanda. Berarti ada mata² Belanda yang menunjukkan keberadaan keluarganya. Melati terkejut karena itu adalah saputangan yang pernah ia berikan kepada Darwin. Tuduhan langsung mengarah kepada Darwin. Namun menurut pengakuan Darwin, seseorang diam² telah mencuri saputangan itu dari tangannya untuk memfitnah dirinya. Dan Darwin mencurigai Tolib lah pelakunya, karena setelah peristiwa pembunuhan Ibu, anak dan istri Harun, ia mencium bau mesiu dari senjata milik Tolib…….

Tolib yang merasa terdesak, segera menyandera Harun. Dengan cepat Hasan yang merasa kesal karena selama ini telah difitnah oleh Tolib sebagai pembunuh keluarga Harun, segera menembak Tolib, si mata² pengkhianat itu, hingga sekarat. Sebelum tewas, Tolib sempat mengeluarkan sepucuk surat dari sakunya. Ia bilang telah mendapatkan surat tersebut di laci Kapten Jansen, Komandan Belanda dengan siapa ia sering berhubungan. Betapa kagetnya Harun melihat surat dengan tulisan tangan yang ia kenal sebagai tulisan tangan Darwin ditujukan kepada Kapten Jansen dan berisikan daftar tokoh² penting di TRI, lengkap dengan alamat markas masing². Pantas saja selama ini Belanda dengan mudah dapat melacak untuk kemudian menghabisi para tokoh kunci itu…..

Darwin tak dapat mengelak lagi. Ia mengaku melakukan hal ini disebabkan rasa dendam karena ortunya telah dihabisi oleh tentara TRI karena dianggap pengkhianat, sebab telah mau dijadikan kaki tangan Belanda dengan kedudukan ayahnya sebagai Kepala “onderneming” milik Belanda. Merasa terpojok, ia menembak Harun, atasannya, tapi Erna menjadikan dirinya perisai bagi orang yang dicintainya, sehingga dialah yang tewas. Melihat orang yang diam² ia cintai tewas, Hasan kalap dan menembak Darwin. Darwin pun balas menembak Hasan dan Harun sehingga ketiganya terkapar bermandikan darah. Sebelum tewas, Darwin masih sempat berpesan kepada Melati agar mendidik anak mereka yang akan lahir kelak dengan baik sehingga menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa, bukan jadi pengkhianat seperti ayahnya…..

Akhir kisah, Agus berhasil meminta bantuan kepada Kapten Amir. Mereka pun datang membasmi sisa tentara NICA yang masih mengepung gedung tersebut, lalu masuk ke dalam gedung untuk menolong Melati yang tinggal sendirian dan dalam keadaan letih tak sadarkan diri….

Layar pun diturunkan sebagai pertanda selesainya drama satu babak ini*****

Spread the love

Karya

Serial

Penerbit

Genre

Kondisi

06 - Lumayan

Kemasan

Sisipan Majalah

Cetakan

Lainnya

ISBN

Tidak Ada

Ijin Terbit Tahun

1983

Jilid

1 Jilid Tamat

Info Lainnya

Tanggal Beli

10 November 2025

Harga Beli

Rp. 0

Tamat

Ya
Jumlah Buku
1

Isi Lengkap

Ya

Halaman

0

s/d

0

Jenis Kertas

Kertas Koran

Catatan

Komik ini merupakan sisipan pada Majalah Hai koleksi Alm. Sepupu saya yg "diwariskan" oleh istrinya kepada saya setelah ia wafat.

Gallery