SI BUTA DARI GUA HANTU EPISODE 02:
Terbit perdana dlm bentuk komik 1967
Penerbit : UP. Soka, Jakarta
Diangkat ke film layar lebar : 1972
Dibuat sinetron dgn judul “Asmara di Candi Tua” : tahun 1994
Melanjutkan kesuksesan komik jilid 1 dan 2 nya, maka SBDGH jilid 3 & 4 dibuat dgn judul Misteri di Borobudur.
Begitu pula dgn filmnya. Mengikuti kesuksesan film Si Buta dari Goa Hantu (1971), maka tahun 1972 film Misteri di Borobudur dibuat. Kali ini diproduksi oleh PT Daya Isteri Film, yg diproduseri oleh Tien Samantha, istri Ratno Timoer sendiri. Si Buta tetap diperankan oleh Ratno Timoer, Rachmat Kartolo (penyanyi yg terkenal dgn hits nya “Patah Hati”) berperan sbg Bambang Priadi, Nuke Maya Saphira sbg Sekarningsih (adegan berenang telanjangnya di kolam renang kaputren yang indah dan alami tidak pernah dpt saya lupakan sampai sekarang), Rita Zahara (Ratu Film Silat Indonesia) sbg Selendang Mayang . Sayang sekali menurut direktur Sinematek Indonesia Alm. Bpk. Misbach Yusa Biran, copy film tersebut tidak ada yg dapat diselamatkan shg kita tidak mungkin lagi menontonnya di Channel You tube maupun dlm format VCD/DVD.
Tahun 1994 dibuat sinetronnya sbg salah satu episode Petualangan Si Buta di layar kaca. Barda Mandrawata tetap diperankan oleh Hadi Leo. Hanya saja setting lokasi dipindahkan ke Candi Prambanan.
S y n o p s i s :
Jilid 3 dan 4 ini mengisahkan ttg misteri terbunuhnya Rd Mas Bimo Adirekso, seorang bgsawan di desa Borobudur akibat tikaman sebilah keris. Rd Bimo meninggalkan surat wasiat untuk putrinya Rd Ayu Sekarningsih, berikut peta harta warisan sang bgswan yg terpendam di sekitar Candi Borobudur. Hal ini tentu saja menimbulkan iri hati pd diri 2 orang kakak Sekarningsih yg bernama Subala dan Subali, shg diam2 menghubungi seorang pembunuh bayaran bernama Sugriwa untuk membunuh Bambang Priadi, kekasih Sekarningsih
Niat Subala dan Subali membunuh Priadi lewat tangan Sugriwa nyaris berhasil kalau saja tidak ada Barda Mandrawata yg kebetulan lewat disitu dan segera turun tangan menolong sang pemuda dari keroyokan komplotan Sugriwa yg berjuluk Si Welut Sakti itu (Dlm versi film, dikisahkan kedatangan Barda ke bumi Jawa Tengah memang sengaja dlm upaya mencari kakeknya yg konon berasal dari desa sekitar gunung Merapi. Namun hal tsb tidak diungkapkan dalam komiknya).
Hingga saat Sekarningsih ditemani Priadi menggali dan mengambil kotak harta yg ditimbun dekat pelataran Candi, sesuai peta lokasi yg tercantum dalam surat wasiat, ternyata ada banyak pihak yang menginginkan dan mengincarnya. Ada Selendang Mayang yang tak lain drpd adik seperguruan Priadi yg diam2 juga menaruh hati kpd pemuda kakak seperguruannya itu. Ada juga Si Cebol Seruling Sukma yg alunan tiupan serulingnya mengandung irama magis. Dan tentu saja Subala dan Subali yg merasa berhak atas kotak harta tersebut.
Dgn kelicikannya, Seruling Sukma berhasil merebut dan membawa kabur kotak harta sampai ke puncak Gunung Merapi dan mempersembahkannya kpd gurunya Sang Hyang Batugeni. Sang guru tidak suka dgn kedatangan orang2 yang mengejar Seruling Sukma sampai kesana. Maka dgn senjata Batugeni miliknya ia menyerang Priadi dan Selendang Mayang hingga tubuh mereka terbakar. Untunglah Si Buta tiba dan memikul kedua sosok yg terbakar itu untuk selanjutnya mencari anak sungai guna memadamkan kobaran api di tubuh kedua sejoli tsb.
Namun lahar gunung Merapi yang mengalir dari puncak yg hampir erupsi, membuat semua anak sungai diliputi lahar panas. Untunglah datang Setiatun Si Tangan Tunggal, guru Priadi dan Selendang Mayang untuk menyelamatkan kedua muridnya dan lgsg membawa mereka meninggalkan tempat yg sdh mirip neraka itu. Sementara si Buta sambil menolong menyelamatkan warga desa dari bencana, hrs pula menghadapi serangan si kakek sakti Sang Hyang Batugeni yg merasa terkesan dgn kehebatan pendekar tunanetra itu.
Tiba di Candi Borobudur, semua misteri terkuak. Selendang Mayang yg cemburu membuka rahasia bhw pembunuh Rd. Bimo tak lain daripada Priadi sendiri. Sedangkan Sang Hyang Batugeni adalah Watara, kakek Barda yg terpaksa terpisah dgn nenek Barda akibat ulah Setiatun yang diam2 jatuh cinta kepada Watara shg ia mengusir nenek Barda agar bisa mengambil hati pemuda pujaan hatinya itu. Namun ternyata dugaan Setiatun salah. Alih2 mengalihkan cinta kepadanya, Watara malah membuntungi salah satu tangan gadis itu shg Setiatun pun selanjutnya dikenal dgn julukan Si Lengan Tunggal. Akibatnya kedua jago tua itu bertempur saling bunuh di candi Borobudur. Si Buta pun terpaksa membunuh Priadi sang serigala berbulu domba tsb. Subala dan Subali saling bunuh karena berebut harta sang ayah. Seruling Sukma yg ditinggal mati gurunya dan kehilangan seruling saktinya akibat dirusakkan oleh Wanara, kabur entah kemana.
Tinggallah 2 gadis merana Sekarningsih dan Selendang Mayang berusaha memperebutkan cinta Barda. Namun sang pendekar tunanetra memutuskan untuk terus mengembara ke Bumi Jawa Timur guna melanjutkan kiprahnya dlm membela kaum lemah dari tindasan dan kezaliman si angkara murka…