SBDGH EPISODE 13 :
“NERAKA PERUT BUMI”.
Karya : Ganes TH
Tahun terbit : 1987
Jumlah 400 halaman
Inilah masa “Sandyakala Ing Karya Ganes TH”. Kedahsyatan goresan ilustrasi dan jalinan cerita yg menjadi ciri khas beliau nyaris tidak terlihat lagi. Tampak keletihan dan kejenuhan Sang Maestro telah mencapai puncaknya. Bhkn kedatangan Si Buta ke bumi Kalimantan pun tdk berkesan sama sekali. Berbeda dgn saat Barda tiba di NTB dimana Ganes memulai dgn memberikan gambaran tentang keindahan Desa Dorokore yang dikelilingi Teluk Saleh dan Selat Batahai yang permei (Manusia Serigala dari Gn. Tambora). Juga saat sang pendekar tiba di Sulawesi. Ganes TH membuka halaman pertama dgn lukisan keindahan Tana Toraja lengkap dgn Pegunungan Tineba dan Danau Poso yang dilukiskan begitu impresif. Bahkan beliau juga melampirkan “Route Perjalanan Si Buta sejak Banten sampai ke Sulawesi” (Badai Teluk Bone). Betul2 amat mengesankan…. Namun tdk demikian utk kedatangan Barda di Kalimantan ini. Ia seakan hadir tanpa kesan. Narasi ttg bumi Kalimantan dgn Sungai Kapuas nya disebutkan sambil lalu saja. Bahkan secara geografis beliau salah sebut krn kisah Neraka Perut Bumi ini berlokasi di pendulangan intan Desa Cempaka, Martapura yg sejatinya terletak di Kalimantan Selatan sehingga yg ada disana adalah Sungai Barito, bukan Kapuas….
Setahu saya, NPB semula dibuat oleh Pak Ganes sbg skenario film (1986). Dlm film tdk disebut lokasi peristiwanya, namun lokasi syutingnya di Ciseeng, Bogor kalau saya tdk salah. Disana dibuat set properti sebuah arca patung raksasa untuk kepentingan film tsb. Kualitas filmnya sendiri jauh dari memuaskan. Adegan yg menonjol hanyalah tari2an yang dibawakan oleh wanita2 berbusana minim dgn koreografi yg tdk indah sama sekali malah cenderung porno. Adegan laga juga kurang ditampilkan meskipun karakter antagonis Juragan Karana diperankan oleh aktor spesialis laga Advent Bangun. Tapi agaknya sutradara menghindari kontak lgsg Advent dgn Ratno Timoer karena akan tampak pincang. Hal ini disebabkan keahlian bela diri Ratno Timoer jauh dibawah Advent Bangun….
Konsep cerita juga tampak kurang matang. Entah apa maksud Pak Ganes menampilkan si gadis cilik Bardina Mandrawati dlm kisah NPB ini. Sebuah kejutan yg membingungkan, karena kelak di episode selanjutnya (Bangkitnya si Mata Malaikat), putri Sapujagat dari hasil pernikahannya dgn Marni ini akan muncul juga di desa asal mereka di tanah Banten. Tidak nyambung jadinya. Kecuali bila kisahnya terjadi zaman skrg dimana transportasi sudah amat pesat dan jarak Banten – Kalimantan bisa ditempuh dlm waktu singkat menggunakan pesawat terbang. Apalagi Bardina dlm NPB ini dikisahkan sbg adik kandung pahlawan kembar dari tepian sungai Barito, Siluang Kartisina dan Siluang Kastiri. Maka semakin lengkaplah kebingungan saya waktu membaca kisah ini….
Adegan bersemburan darah juga berkurang karena Barda disini sdh lebih mirip seorang ulama yg berkotbah kesana-kemari untuk menyadarkan lawan2nya kembali ke jalan yg benar. Bhkn ada adegan Barda mencuci kaki dan muka utk berwudhu di air sungai Barito sebelum bersembahyang. Maka tak heran bila Lan Imbu, guru ilmu gaib Juragan Karana dari suku Dayak yg beragama Kaharingan akhirnya bertobat setelah dikotbahi oleh Si Buta sehinga berubah mnjadi seorang pejuang kemanusiaan bagi warga sukunya. Begitu pula tampilnya sosok misterius Sarah yg senantiasa muncul bagaikan malaikat menolong para pekerja di saat2 kritis dlm pendulangan intan di Neraka Perut Bumi membuat semakin nyatalah bhw NPB adalah sarana dakwah bagi Pak Ganes….
Synopsis :
Kisahnya amat sederhana. Setibanya di pulau Kalimantan, Barda langsung hrs berhadapan dgn kuasa tirani seorang juragan asal Tanah Pasundan bernama Rd. Karana Sulabrata yang memperalat penduduk setempat sbg pekerja pendulang intan di pertambangan intan yang ditemukannya di desa Cempaka, Martapura. Selain mengeksploitasi buminya, Karana juga mengeksploitasi gadis2 disitu utk dijadikan selir2nya. Caranya dgn bekerjasama dgn seorg Pendeta palsu suku Dayak yang se-olah2 mempersembahkan gadis2 tsb untuk Dewa Gadalba yg berujud patung batu raksasa. Pdhl di basement bangunan patung tersebut terdpt pertambangan intan dimana para warga lokal dipekerjakan secara paksa dan gadis2 ditawan dlm “Harem” milik sang juragan. Karana juga memiliki guru ilmu hitam yang amat sakti dari suku Dayak bernama Lan Imbu…
Ketentraman Karana terusik dgn hadirnya Si Buta. Apalagi ternyata ada dendam lama dari Karana thdp pendekar tunanetra itu sebab ia adalah bekas pengemis yg pernah dilukai oleh Si Buta dlm peristiwa Prahara di Donggala bbrp tahun sebelumnya. Ia lari ke rimba Kalimantan dlm keadaan luka parah dan diselamatkan oleh Lan Imbu yg kemudian menjadi gurunya. Tapi keluguan sang guru membuatnya diperalat oleh Karana untuk menjadi bodyguardnya shg menjadikan dirinya sbg orang yg amat ditakuti di desa itu. Pertemuan dgn Si Buta membuat Lan Imbu bertobat. Ia meninggalkan agama Kaharingan yg dianutnya dan beralih kpd iman kepercayaan yg benar. Ketentraman sang raja intan semakin terganggu lagi akibat kehadiran gadis cilik bernama Bardina Mandrawati yang hendak membebaskan sahabatnya Yani, yang ditawan oleh Karana sewaktu ia berusaha utk membebaskan kakaknya Syarifah yg hendak dijadikan selir oleh Karana…..
Dgn menjadikan Bardina sbg sandera, Karana berhasil memaksa Barda menyerah. Lalu iapun “melemparkan” Si Buta ke dasar Neraka Perut Bumi yg merupakan tempat pendulangan intan yang dikelola oleh Karana. Untunglah seorang wanita misterius bernama Sarah dan kakak2 kandung Bardina, Siluang Kartisina dan Siluang Kastiri yang merupakan pahlawan2 dari tepian sungai Barito datang membebaskan sang adik berikut para pekerja paksa dan wanita2 yang ditawan oleh Karana. NPB juga diledakkan dan diporakporandakan oleh para pejuang tsb. Si Buta yg gagal menyadarkan sang juragan intan akhirnya terpaksa membunuhnya. Kesaktian ilmu hitam Karana juga lenyap seketika setelah sang guru Lan Imbu bertobat dan menyembah Tuhan yang Maha Esa. Patung berhala Dewa Gadalba pun hancur lebur tak bersisa….*****