JAKA SEMBUNG EPISODE 07 :
“PENDEKAR GUNUNG SEMBUNG”
Karya : Djair Warni Ponakanda
Penerbit : UP Bintang Kejora
Tahun terbit : 1969
Jumlah jilid : 9 jilid
Mulai episode ini, Djair mulai membuat serial Jaka Sembung menjadi kisah yg panjang dan ber-jilid2 dgn jumlah halaman yg banyak. Maka agar lebih sistematis untuk mempermudah anda membaca ulasannya, saya akan membaginya menjadi bbrp bagian sesuai dgn judul2 novelnya yg diterbitkan bbrp tahun kemudian, yakni sbb :
* Bahagian 1 berjudul : Lagu Rindu dari Puncak Ciremai.
Judul ini mengisahkan Parmin yg mencari jati dirinya. Sesuai arahan Ki Sapuangin, gurunya, ia mendaki Gunung Ciremai, dimana ia berjumpa dgn ayahnya Elang Sutawinata dan adik2nya Sri dan Kaswita. Dari ayahnya ia menjadi tahu ttg siapa sesungguhnya dirinya, yg mana sang ayah ternyata masih merupakan kerabat dari Sultan Kraton Kanoman, Cirebon. Selanjutnya ia bertemu dgn seorang pertapa sakti yg berwajah buruk mirip Resi Durna dlm kisah pewayangan shg digelari orang sbg Begawan Sokalima. Dari pertapa tsb Parmin diajari bbrp jurus silat serta dianugerahi tongkat yg terbuat dari besi sembrani (magnet). Usai berguru kpd sang Begawan, Parmin melanjutkan perjalanan dan memperoleh ilmu filsafat yg amat mendalam, juga ilmu silat yg hebat melalui seekor burung beo yg merupakan peliharaan seorang pertapa sakti yg sdh lama wafat. Semua ajaran sang mendiang pertapa sakti tsb diwariskan kpd sang Beo utk disampaikan kpd seseorang yg tlh berhasil menjawab pertanyaan2 ttg kebijakan dan kearifan dari sang pertapa melalui hewan peliharaannya tsb. Selanjutnya Parmin turun gunung dan sang Beo pun ikut serta bersamanya. Sayang sekali dlm kisah2 selanjutnya, baik tongkat besi sembrani maupun si burung beo jarang tampil lagi sbg senjata andalan dan teman seperjalanan sang pendekar……
* Bahagian 2 : Menumpas Komplotan Lalawa Hideung.
Turun dari puncak Ciremai, Parmin tiba di desa Kalimanggis yang tengah mengalami teror dari kawanan perampok yg menamakan diri mereka gerombolan Lalawa Hideung. Disinilah Parmin bertemu dgn bbrp pendekar yg punya satu tujuan sama yakni membalas dendam karena keluarganya telah jadi korban komplotan Lalawa Hideung, bahkan mereka sendiri pun menjadi cacad anggota tubuh akibat penganiayaan oleh anggota gerombolan yg kejam itu. Ada Sudanta, yg bersedia membantu Parmin mengumpulkan bbrp pendekar utk sama2 membasmi komplotan rampok tsb. Diantara para pendekar itu, ada Bahureksa yg dijuluki orang sbg Si Kaki Tunggal krn satu kakinya telah buntung akibat dianiaya Lalawa Hideung. Begitu juga dgn Umang, Si Tangan Satu, yg kehilangan orangtua, kakak dan sebelah tangannya akibat coba2 melawan kawanan rampok itu. Dlm perjalanan mencari komplotan itu guna membalas dendam, Umang bertemu dgn Mirah, yg senasib dgnnya, yakni ayah ibunya mati ditangan Lalawa Hideung. Sementara Parmin sendiri direpotkan oleh seorang “pemuda” yg mirip waria dan selalu mengikutinya karena “takut” kpd komplotan Lalawa Hideung. Ada “plot twist” diakhir kisah ini karena ternyata waria tsb adalah seorang wanita asli yg sesungguhnya merupakan pimpinan Lalawa Hideung. Sekaligus ia juga merupakan antek mata2 Kumpeni. Akhirnya dedengkot Lalawa Hideung tsb berhasil dibunuh. Setelah berhasil menumpas Lalawa Hideung, para pendekar itupun menyatakan siap membantu Parmin untuk sama2 mengusir penjajah dari Bumi Nusantara. Komplotan Lalawa Hideung ini menjadi “Nemesis” (musuh abadi) Parmin. Bahkan sampai pd keturunannya kelak yg tergabung dlm liga para pendekar yg disebut Malaikat Bayangan, Jaka Sembung masih direcoki oleh komplotan Lalawa Hideung ini (Tahun 1988 kisah Malaikat Bayangan vs Lalawa Hideung diangkat ke layar lebar oleh sutradara Imam Tantowi dgn aktor laga Barry Prima sbg peran utama)…….
* Bahagian 3 : Membabat Kiyai Murtad.
Dlm perjalanan selanjutnya, Parmin tiba di Desa Cilimus. Disini ia hrs menghadapi seorang Kyai Guru Mengaji yg ternyata merupakan penjahat pemetik bunga dan kerap mencabuli para santriwatinya sendiri. Akibatnya para orangtua menjadi was2 dan enggan mengijinkan anak gadisnya belajar mengaji kpd Kyai Subeni, ustadz cabul tsb. Tapi ternyata Kyai Subeni punya ilmu pengasihan dan hipnotis, juga punya banyak bodyguard yg kebetulan punya kaitan dendam dgn Parmin. Diantaranya Raksasa Penyebar Maut asal Hindustan yg merupakan kakak Bergola Ijo yg tlh tewas di tangan Parmin bbrp tahun seblmnya. Parmin kewalahan menghadapi Kyai Subeni pdhl ia dibantu oleh Si Kembar Tiga Melati yakni Unui, Neneng dan Nuna yg juga sama2 menaruh dendam kpd Ki Subeni yg pernah memperkosa mereka. Bahkan Parmin sempat terluka dlm cukup parah akibat pukulan jurus maut “Samber Nyawa” sang Kyai. Untunglah Tiga Melati yg terpesona akan ketampanan Parmin menyelamatkan dan mengobati pendekar itu. Tapi yg bikin pusing Parmin karena si Kembar Tiga Melati mengajukan syarat yg nyeleneh bila ia ingin agar mereka mau membantunya, yakni Parmin hrs bersedia menikahi ketiganya. Akhirnya sang Kyai berhasil ditumpas. Parmin berhasil pula mengubah syarat Si Tiga Melati untuk tujuan lebih mulia yakni ber-sama2 melawan penjajah dari bumi Nusantara……
* Bahagian 4 : Mahligai Cinta Sepasang Pendekar.
Disini dikisahkan kembali tentang Karta Si Gila dari Muara Bondet dlm mendapatkan cinta dari Ranti hingga akhirnya mereka menikah dan dianugerahi seorang anak laki2 yg diberi nama Kartaran. Kelak Kartaran menjadi salah satu ujung tombak dlm liga pendekar bentukan Jaka Sembung yg dinamakan Malaikat Bayangan. Sementara itu diluar dugaan, terungkap jalinan kisah cinta segitiga antara tokoh2 pendekar tua yakni Ki Sapuangin, guru Parmin dgn Nini Sari, guru Roijah si Bajing Ireng dan seorang pendekar bongkok dgn tingkah laku eksentrik bernama Ki Buntek alias Malaikat Bongkok. Mereka saudara seperguruan di perguruan Gunung Sembung. Lalu terjalin kisah cinta antara Sapuangin dan Maryam (Nini Sari waktu masih muda). Buntek yg diam2 jatuh cinta juga kpd Maryam mencari upaya lewat ilmu Hitam (guna2) untuk dpt merebut cinta Maryam. Diapun diberi cincin kecubung oleh seorang dukun sesat yg membuat siapa pun wanita yg dia inginkan akan jauh cinta pdnya. Singkat kata Buntek berhasil merebut Maryam dari pelukan Sapuangin meski dgn cara yg tdk wajar. Maka Sapuangin pun pergi mengasingkan diri. Sementara itu Buntek yang takabur setelah memiliki cincin kecubung malah meninggalkan Maryam untuk bertualang dgn wanita2 yg berhasil ditaklukkannya dgn guna2 yg dimilikinya. Kini ketiganya bertemu kembali. Meskipun mereka sdh sama2 lansia dan peristiwa itu sdh lama berlalu, ternyata Ki Buntek masih menaruh dendam kpd Ki Sapuangin dan Nini Sari. Mereka berjumpa dan bertarung seru di Pantai Eretan shg ketiganya pun sama2 tewas disaksikan oleh Jaka Sembung. Dgn sedih Parmin mengubur kan jasad mereka bertiga di tepi pantai Eretan……