Rating 0 / 5. Total vote: 0

Belum ada vote, silahkan anda yang pertama!

Diupload oleh ADRIAN FADHILAH
Diperbaharui tanggal

SINAR PERAK DARI SELATAN

Logi ke 3 serial Kelelawar.

Isi: 12 jilid C1/ 758 halaman dalam 19 buku dengan 1 varian cover.

Ukuran komik: 17,6cm x 13cm.

Format: 2 panel per – halaman.

Izin terbit:20 November 1973 (Jilid 1) – 21 Mei 1974 (Jilid 19 – Tamat).

 

Sinopsis:

Suami-istri Liwung Perkasa & Megananda masih menghadapi buntut dari perebutan pedang Bayubajra. Keduanya mati-matian menghadapi pengeroyokan segerombolan orang yg meneror penduduk sebuah dusun untuk memancing kemunculan mereka. Bahu membahu mereka menghadapi serbuan gerombolan tsb. Akan tetapi malang tidak dapat ditolak, puluhan jarum beracun yg diarahkan pada Liwung Perkasa, tidak seluruhnya dapat dielakkan. Liwung Perkasa jatuh tertunduk sedang Megananda mengamuk pada gerombolan tsb. Apa daya, tak lama kemudian perlawanan Megananda berakhir. Disaat kritis tersebut, sesosok tubuh yg tak lain adalah Sukmakenaka datang membuyarkan keroyokan gerombolan tsb. Mulanya Sukmakenaka menuduh Liwung Perkasa sudah membohonginya dengan memberikan peta palsu (Baca judul ‘Lembah Seribu Bunga’), tp kemudian disadarinya Liwung Perkasa sbg satu-satunya murid Panca Murti yg tersisa, tidak berdusta. Menjelang ajalnya, suami-istri Liwung Perkasa & Megananda memohon agar Sukmakenaka merawat anak mereka Bango Samparan yg ditinggal mereka dipondok di tepi pantai.

Sukmakenaka terpaksa berbohong kepada Bango Samparan perihal kematian orang tuanya. Dgn dalih harus menjemput Bango Samparan utk menyusul orangtuanya, Sukmakenaka membawa Bango ke Lembah Seribu Bunga. Sesampainya ditempat tsb, barulah Sukmakenaka menceritakan kejadian yg sebenarnya. Bango merasa sedih krn tiada lagi orang tua yg merawat & menyayanginya, tp lambat laun dgn hiburan dari Sukmakenaka perasaan tsb mulai berkurang. Keduanya kemudian menetap di lembah sunyi tsb. Sukmakenaka perlahan mengajarkan dasar2 ilmu silat yg diketahuinya pada Bango.

Dengan dalih utk mencari pedang Bayu Bajra, Sukmakenaka meningggalkan Bango Samparan seorang diri di Lembah Seribu Bunga. Dilanda kesepian yg amat sangat, Bango tetap menjalani hari demi hari di Lembah Seribu Bunga dgn melatih dasar ilmu silat yg diajarkan oleh Sukmakenaka selain ilmu silat dari kedua orang tuanya. Suatu waktu krn jenuh, Bango mendaki bukit dan melihat sebuah sendang berair jernih. Bango menceburkan dirinya ke sendang tsb. Saat itu muncullah sesosok tubuh wanita. Bango merasa girang krn melihat Sukmakenaka sudah kembali. Tp alangkah terkejutnya Bango kala wanita tsb menghardiknya. Bango akhirnya kembali ke pondok dengan perasaan sedih, marah & kecewa.

Pagi harinya Bango nekat kembali ke sendang tsb, didapatinya sesosok tubuh wanita sedang mandi telanjang bulat. Kuatir dipergoki, Bango dengan diam-diam tanpa mengeluarkan suara kembali ke pondok. Bango pura-pura tertidur saat sesosok tubuh yg tak lain adalah Sukmakenaka membangunkannya. Bango menceritakan hal yg dialaminya saat Sukmakenaka melihat gelagat yg tak biasa pada diri Bango. Sadar apa yg telah terjadi, Sukmakenaka terpaksa menjelaskan bahwa yg dilihatnya kemarin adalah bukan dia, melainkan neneknya, Pohaci istri Kelelawar Jaka Malela. Sendang tersebut adalah gerbang penghubung dari alam siluman ke alam kasar bagi Pohaci yg telah mengalami kematian tingkat ke satu (Kematian tingkat ke satu seorang siluman tidak dapat menembus alam kasar).

Untuk menghindarkan Sukmakenaka dari hukuman Pohaci, Bango yg masih kanak-kanak berusia 14 tahun, akhirnya bersedia terikat dalam hubungan suami-istri dengan Sukmakenaka. Mendengar kesediaan Bango, Sukmakenaka menghadiahkan pedang Gundala Sanggabuana yg merupakan warisan turun temurun dlm keluarga Kelelawar. Namun akhirnya Sukmakenaka tak tahan dgn keluh kesah Bango ttg tanggapan masyarakat terhadap perbedaan selisih umur yg jauh diantara keduanya. Secara diam-diam Sukmakenaka kembali meninggalkan Lembah Seribu Bunga dgn meninggalkan secarik kain bernoda darah dgn pesan akan kembali 5 tahun kemudian.

Esok paginya, Bango yg menyadari kepergian Sukmakenaka kembali merasakan kesedihan yg mendalam. Dalam kesendiriannya di Lembah Seribu Bunga menunggu kembalinya Sukmakenaka, Bango memperdalam ilmu silatnya.
Bertahun-tahun berlatih, karena dilanda kebosanan, Bango meninggalkan Lembah Seribu Bunga menyusul Sukmakenaka setelah menyembunyikan pedang Gundala Sanggabuana dilokasi yg sulit ditemui.

Dalam petualangannya, Bango merebut pedang Bayu Bajra dari ketua gerombolan perampok dlm pertarungan di sebuah rawa. Di perjalanan, Bango bertemu dgn Burung Srikatan yg ditolongnya dari serbuan puluhan jarum beracun segerombolan orang di sebuah jembatan batu sempit. Dari Burung Srikatan, Bango mengetahui rahasia Pedang Bayu Bajra. Pedang tsb akan mempengaruhi pemiliknya jika tidak memiliki tenaga batin yg tinggi. Setelah melepas gagang pedang tsb, Burung Srikatan menyerahkan secarik kulit kambing bertuliskan aksara yg tdk dipahami oleh Bango.Sebelum ajalnya, Burung Srikatan memaksa Bango utk mengangkatnya sbg guru. Dan Bango tak dapat menolaknya saat Burung Srikatan mengalirkan tenaga dalamnya.

Setelah menguburkan mayat Burung Srikatan, dgn menyembunyikan pedang Bayu Bajra, Bango kembali ke Lembah Seribu Bunga. Malang sebelum sampai ditujuan, Bango sudah ditunggu gerombolan Macan Kumbang yg dikepalai oleh Kandiwaha anak gadis Ario. Sadar tidak mampu menghadapi keroyokan tsb, Bango melarikan diri. Dalam keputus-asaannya Bango memutuskan melompati sebuah jurang & malah terjatuh ke dalamnya. Justru didasar jurang itulah Bandung Bandawasa ayah Pohaci dan anaknya bermukim. Dengan terjermahan & bantuan tenaga dalam yg dikerahkah oleh Bandung Bandawasa, Bango setelah saking kerasnya berpikir, akhirnya dapat memecahkan rahasia kulit kambing yg didapatnya dari pedang Bayu Bajra. Tak disadarinya rambutnya memutih karena pikirannya yg terkuras dalam memecahkan rahasia kulit kambing tersebut.

Setelah berpisah dengan Bandung Bandawasa & putrinya, Bango kembali ke Lembah Seribu Bunga. Didapatinya pondok tsb dalan keadaan berantakan dan Sukmakenaka dalan tawanan gerombolan Macan Kumbang krn kelicikan Ario. Demi ambisinya utk menguasai dunia persilatan, Ario memancing seluruh pendekar dari berbagai aliran ke Bukit Tambun Tulang dimana Sukmakenaka ditawan. Maksudnya dengan memperlihatkan cucu Kelelawar yg ditawannya agar para pendekar secara sukarela menyerahkan Pedang Bayu Bajra & Gundala Sanggabuana yg tidak diketahui oleh Ario siapa yg memilikinya. Bango yg mengetahui hal itu secara diam-diam membebaskan Sukmakenaka bibi sekaligus istrinya. Keduanya memporak-porandakan pertemuan tersebut. Sukmakenaka menewaskan Kandiwaha anak gadis Ario yg sudah berperan menjebaknya. Sedang Bango Samparan menuntaskan riwayat Ario yg diburu oleh beberapa generasi Kelelawar…

Karya

Serial

Penerbit

Genre

Kondisi

07 - Cukup Bagus

Kemasan

Jilid Staples Klasik

Cetakan

Cetakan Akhir Tipis

ISBN

Tidak Ada

Ijin Terbit Tahun

1974

Jilid

19

Info Lainnya

Tanggal Beli

Tidak Tercatat

Harga Beli

Rp. 0

Tamat

Ya
Jumlah Buku
19

Isi Lengkap

Ya

Halaman

1

s/d

758

Jenis Kertas

Kertas Koran

Catatan

Versi Cetakan ini mengalami perubahan jilid dan jumlah buku. Cetakan Pertama isi 12 jilid, sedang versi cetakan ini 19 jilid dengan penambahan lembar awal pada setiap jilidnya. Judul berikutnya: Misteri Puri Iblis.

Gallery