“SERIGALA KOTA INTAN”
Karya : Ganes TH
Dimuat bersambung di “Majalah Hai” tahun 1980
Jumlah 36 halaman.
Dari segi materi cerita, “Serigala Kota Intan” ini sebetulnya merupakan pengembangan dari cergam berjudul “Kalijodo” karya Sang Maestro 1966. Hanya saja setting lokasi dan nama tokoh2nya dirubah, serta dimasukkan sentuhan unsur tema asimilasi/pembauran antar etnis Tionghoa – Pribumi di dalamnya. Sebelumnya, Kalijodo pun pernah dilukis ulang oleh Ganes TH dan dimuat di majalah “Violeta”.
Synopsis :
“Picis” dan “Buang” adalah 2 sahabat yang sama² bekerja sebagai pelaut. Suatu ketika di malam “Capgomeh” mereka kebetulan sedang mengambil cuti sehingga tak berlayar dan dapat menghadiri acara itu. Disana Picis jumpa seorang gadis cantik bernama “Giok Nio”, yang juga datang bersama temannya yang bernama Juleha. Singkat cerita Picis dan Giok Nio saling jatuh cinta. Tapi Si Gobang, kasir “Bah Tompel”, Tuan Tanah yang populer dengan julukan “SERIGALA KOTA INTAN” tak suka melihat Picis “mengganggu” gadis incaran juragannya. Maka ia menyuruh para centengnya mengeroyok pemuda itu. Namun Buang yang lebih mirip seperti “bodyguard” bagi Picis, segera melayani serangan centeng² itu seraya menyuruh Picis cepat mengantar Giok Nio dan Leha pulang. Buang mengamuk dan menyikat habis centeng² Bah Tompel. Akibatnya ia dikejar oleh opas Kumpeni dan terpaksa terjun ke sungai untuk menghindari mereka….
Sementara itu Picis mengantar Giok Nio dan Leha pulang ke rumah mereka. Ia berkenalan dengan Pengki, ayah Giok Nio, lalu kembali ke “Kota Intan” untuk mencari Buang. Ia melihat para opas Kumpeni sedang mencari Buang. Picis jumpa dengan Buang yang sembunyi di kolong jembatan Kota Intan, lalu mereka sama² pulang ke rumah Picis. Ibu Picis mengobati luka² yang dialami oleh Buang…
Selanjutnya Picis sering “apel” ke rumah Giok Nio yang tentu saja membuat Gobang marah. Iapun mengancam Pengki. Ayah Giok Nio itu adalah pegawai di “Empang” (tambak ikan) milik Bah Tompel. Tahu bahwa Pengki punya banyak hutang ke majikannya, maka Gobang mengajukan suatu tawaran agar hutang itu dapat dianggap lunas, yakni Giok Nio bersedia menjadi gundik Bah Tompel. Pengki menolak mentah² tawaran itu bahkan mengusirnya….
Bah Tompel marah mendapat laporan itu dari sang kasir. Ia mengancam akan memecat Gobang bila gagal mendapatkan Giok Nio. Maka Gobang segera memakai cara lain yaitu menjebak Pengki agar mau datang ke rumah juragannya, dengan alasan akan diberi komisi hasil penjualan ikan tambaknya yang panen besar. Tiba di rumah Bah Tompel, sang kasir “menjamu” Pengki dengan minuman keras kegemarannya sampai mabuk. Dalam kondisi mabuk, Gobang memaksa Pengki menandatangani surat persetujuan menikahkan putrinya dengan sang “Serigala Kota Intan”. Pengki pulang dalam keadaan penuh rasa berdosa kepada putrinya. Akibat mabuk dan sedih ia terpeleset di jembatan Kota Intan dan jatuh ke sungai hingga tewas….
Esok paginya terjadi kehebohan waktu jenazah Pengki ditemukan. Giok Nio menangis histeris melihat ayahnya sudah tak bernyawa lagi. Gobang pun segera beraksi memaksa Giok Nio ikut dengannya ke rumah Bah Tompel, sambil menunjukkan surat yang sudah terdapat cap jempol ayahnya. Picis yang berusaha menghalangi malah difitnah. Gobang menunjukkan syal milik Picis yang diberikan kepada Pengki sebagai hadiah beberapa waktu yang lalu dan menuduh Picis telah menggunakannya untuk mencekik orang tua itu. Akibatnya ia ditangkap Kumpeni dan dipenjarakan. Gobang pun dengan leluasa menyeret Giok Nio ke gedung milik sang Serigala Kota Intan….
Setelah selesai mengikuti prosesi pemakaman Pengki, Leha yang melihat semua kejadian itu segera menemui Buang yang masih sembunyi di rumah Picis. Buang membebaskan sahabatnya itu dari penjara lalu keduanya sama² menyatroni sarang Serigala Kota Intan untuk membebaskan Giok Nio yang ditawan disana. Terjadilah pertarungan besar²an antara kedua pemuda itu melawan begundal² Bah Tompel. Pertempuran sampai ke jembatan Kota Intan. Gobang dan centeng²nya dihabisi oleh Buang. Tapi Bah Tompel ternyata bukan orang sembarangan. Ilmu silatnya cukup lihai sehingga suatu saat Buang terdesak dalam posisi yang amat kritis. Tapi untunglah ia ditolong oleh ayah angkatnya, Kyai Haji Asnawi.
KH Asnawi menceritakan peristiwa masa silam yang amat mengejutkan. Sewaktu muda, calon istri Asnawi yang bernama “Hayati” bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah Tompel dan diperkosa oleh sang juragan sampai hamil. Akibatnya ia disiksa oleh istri Tompel agar keguguran karena sang nyonya takut kelak bila lahir bayi itu akan menjadi pewaris harta sang konglomerat Kota Intan karena dia sendiri mandul tak bisa punya anak. Lalu tubuh Hayati dibuang ke sungai. Untunglah ia ditolong oleh ibu Picis lalu diobati sehingga masih sempat melahirkan bayinya. Sebelum meninggal dunia, Hayati sempat berpesan kepada Ibu Picis agar memberikan bayi itu kepada Asnawi untuk dirawat dan dibesarkan. Asnawi menerima bayi itu, lalu menamainya Buang. Betapa kaget Bah Tompel karena ternyata Buang adalah putra kandungnya sendiri. Ia hendak memeluk Buang untuk mohon ampun namun terpeleset dan jatuh ke sungai yang sedang deras arusnya, sehingga Serigala Kota Intan itupun tewas terbawa arus.
Akhir cerita ‘happy ending’. Picis mendapatkan cinta Giok Nio. Buang pun berjodoh dengan Juleha, dan langsung mendapatkan restu dari ayah angkatnya…..*****