Siauw Tik Kwie alias Otto Swastika
Lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1913
Wafat : 10 Desember 1988
Pasangan : Tan Poen Nio
Karyanya yg terkenal Sie Djin Koei Tjeng Tang dan Sie Djin Koei Tjeng See (1954 – 1961)
Sie Djin Koei pertama kali dimuat bersambung di Majalah mingguan Star Weekly dan kemudian diterbitkan dalam bentuk buku oleh penerbit Keng Po.
Hasil karyanya sbg komikus tidak terlalu banyak karena beliau lebih fokus sbg pelukis beraliran realis dan aktif di bidang keagamaan (agama Buddha)
Siauw Tik Kwie (1913 – 1988)
Pahlawan Komik Indonesia Asal Solo
By Azmi AbuBakar
Nama besar ini selalu dikaitkan dengan majalah Star Weekly, satu majalah terbesar di Indonesia pada tahun 1950an. Beliau bukanlah kolumnis atau pimpinan redaksi tapi “hanyalah” ilustrator atau komikus.
Walaupun ilustrator, tapi gajinya mengalahkan jajaran redaksi, saat itu gajinya Rp.30,- untuk satu halaman komik, uang sebesar itu lebih dari cukup untuk hidup sebulan di Jakarta.
Tidak berlebihan, jika komik Sie Djin Koei, karyanya bersama penulis cerita silat kenamaan Indonesia, OKT (Oey Kim Tiang) adalah merupakan maskot bagi majalah Star Weekly, komik ini selalu dinanti2 oleh para pembacanya.
Komik Sie Djin Koei sebanyak 700 halaman itu, diselesaikannya selama 7 tahun (1954 – 1961). Selama inilah kepopulerannya di jagat komik Indonesia mencapai puncaknya.
Prestasi ini adalah buah dari kerja kerasnya dalam belajar melukis sejak berusia 18 tahun.Tik Kwie pernah belajar melukis pada Pastor Steenerberg dan Hv. Velthuisen serta mengikuti latihan2 di Bataviasche Kunstkring asuhan J.Frank.
Berkat PK Ojong / Auwyong Peng Koen (Pendiri Harian Kompas)
Menurut Siauw Tik Kwie, berkat Auwyong Peng Koen lah dia mendapatkan kepercayaan dan keterkenalannya. Semua bermula ketika tahun 1952, dia dipanggil oleh redaktur Star Weekly, Tan Hian Lay dan Auwyong Peng Koen, yang kemudian meminta STK untuk melukis cerita bergambar serial Sie Djin Koei.
Semula Siauw tidak yakin, karena melukis kisah klasik Tiongkok tentang seorang pembela kebenaran bukanlah pekerjaan mudah. Tapi kemudian dia menerima tantangan tersebut. Hidupnya selama 7 tahun kemudian bergulat dengan Sie Djin Koei. Bahkan dalam keadaan sakit dia tetap menjalankan tanggung jawabnya tersebut. Karena karyanya harus tetap hadir menyapa pembaca yang setia menantikan kisah demi kisah komik tersebut. Tak pernah mengecewakan, bahkan karyanya tersebut dikerjakan begitu teliti sampai ke hal yang sekecil2nya.
Pada masa 1950an, komik karya putra Indonesia boleh dikatakan masih mampu berdaulat, diantara serangan komik2 asing kala itu, seperti : Flash Gordon, Superman, Rap Kirby, Batman dll. Satu diantara tokoh penting yang menjaga kedaulatannya adalah Siauw Tik Kwie. Mengingat hal tersebut, hati kita miris karena saat ini komik Indonesia mengalami persoalan berat di tanah airnya sendiri, musuhnya masih Superman dan kawan2 juga ditambah lagi oleh pendatang baru seperti Sinchan dan Doraemon yang begitu merajalela.
Mundurnya komik karya putra Indonesia, satu sebab utamanya adalah akibat dari politik diskriminasi yang dijalankan oleh pemerintahan orde baru. Selain pembatasan terhadap orang2 Tionghoa untuk menjadi politisi, polisi, tentara dan lainnya, kita tidak boleh melupakan jika diskriminasi ini mengakibatkan berkurangnya komikus handal yang berasal dari etnis Tionghoa. Menyedihkan!
Siauw Tik Kwie memiliki seorang murid hebat yang bernama Ganes Thio, yang juga seorang komikus kebanggaan bagi bangsa Indonesia, dengan karya besarnya, yaitu komik serial ” Si Buta Dari Goa Hantu”.
Jejak2 besar orang Tionghoa di dunia perkomikan Indonesia adalah bagian dari sejarah besar bangsa Indonesia. Mereka diantaranya adalah Kho Wan Gie (pencipta Put On, komik pertama Indonesia) dan Ganes Th, juga yang terpenting adalah :
SIAUW TIK KWIE!
Sebelum meninggalnya pada tahun 1988, Siauw hampir selesai menyiapkan pameran, untuk lukisan yang jumlahnya telah menumpuk. Beliau ingin mengadakan pameran untuk yang terakhir kalinya, dan ia merencanakan untuk hasil lelang lukisannya, seluruhnya akan disumbangkan. Luar biasa!
“Keinginan Siauw Tik Kwie tak sempat terwujud, karena ajal datang lebih dahulu menjemput. Inilah sebenarnya wasiat terbesar dari beliau, yaitu semangat menderma pada bangsanya. Mari kita tuntaskan!” ( Ir. Azmi)
Kita Sebangsa Setanah Air dan Setara!
Merdeka!!
#azmiabubakar
#museumpustakaperanakantionghoa
Sumber:
1. Komik Sie Djin Koei Tjeng See, Keng Po
2. Komik Sie Djin Kiei Tjeng Tang, Keng Po
3. Majalah Tempo, 5 Djuni 1971
4. Kompas, 1 Februari 1981
5. Kompas, 23 April 1988.
Koleksi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa