Zaidin Wahab

HARI ini, lebih dari 100 hari yang lalu, atau sekitar 4 bulan silam, Haji Zaidin Wahab, mantan wartawan senior Harian Terbit dan penulis cerita silat Betawi “Si Jampang Jago Betawi” (dimuat bersambung di Harian Pos Kota), telah pergi untuk selamanya. Tepatnya, Selasa (23/8/2011) pukul 15.00 WIB 4 bulan lalu, Kang Diding (panggilan akrab Zaidin Wahab) , meninggalkan setumpuk naskah cerita silat yang urung diterbitkan jadi buku. “Bapak sudah kumpul-kumpulin tuh tulisan-tulisannya. Katanya mau dibikin buku. Almarhum memang punya rencana sudah lama. Waktu saya tanya ngapain lagi sih dikumpulin?, dia bilang biar dibikin film, diterbitin dulu jadi buku,” kata istri almarhum, Lizny Zaidin kepada saya di rumah duka, malam itu. Pria murah senyum, terakhir sebagai Pemimpin Redaksi Tabloid Kiat Sehat (Pos Kota Grup) ini, lahir di Jakarta, 16 Agustus 1953. Menurut istrinya, Zaidin Wahab rupanya ingin mengulang sukses seperti era 1990-an saat cerita silatnya “Si Jampang Jagoan Betawi” diangkat ke layar lebar oleh sutradara Sofia Waldi dengan judul yang sama. “Dulu Bapak dapat tawaran dari ibu Sofia Waldi yang minta cerita silat Si Jampang Jagoan Betawi difilmkan. Wah bapak waktu itu, dapat duit banyak tuh,” kenang Lizny Zaidin, ibu dari 3 orang anak masing-masing Fajar Arif, Yosa Riza dan Liza Emilya sekaligus nenek dari 5 cucu ini. Kenangan manis ini, diceritakan ulang istri almarhum, di rumah kediamannya di Jl Sirsak No.16, Utan Kayu Utara, Matraman, Jakarta Timur tempat jenazah disemayamkan. Sebelumnya almarhum sempat dirawat selama sebulan di RS Husada. Di rumah inilah, sejak Selasa sore, malam, hingga Rabu (24/8) pagi, ramai dikunjungi sanak keluarga, teman dan warga sekitar untuk melihat yang terakhir kali pria bernama lengkap Zaidin Wahab bin Ace Wahab ini. Kenangan pahit juga tak luput membekas bagi keluarga Zaidin Wahab. Cerita silat yang pernah ditulis secara bersambung di Harian Pos Kota berjudul “Si Jampang Jago Betawi”, sempat jadi masalah saat difilmkan oleh Ganes Th. Pasalnya, lewat film yang dibintangi Soekarno M Noor tahun 70-an (kemudian diangkat lagi dengan judul yang sama diperankan oleh Barry Prima), Ganes Th tidak secuilpun mencantumkan nama Zaidin Wahab sebagai pengarang cerita. “Atas saran teman-temannya sesama wartawan, Bapak sempat mau menuntut ganti rugi sebagai pemilik hak cipta. Tapi kemudian Bapak membatalkan niatnya karena Ganes belakangan mengaku uangnya untuk dipakai istrinya berobat karena sakit. Ya, akhirnya diikhlasin saja,” kata wanita yang disunting Zaidin ketika masih berusia 25 tahun. Dari tangan pria yang mengawali karier kewartawanannya sebagai reporter surat kabar “Api Pancasila” — kemudian pindah ke beberapa koran hingga bergabung di Harian Terbit, grup Pos Kota yang dirintis mantan Menteri Penerangan dan Ketua MPR – RI, Harmoko — telah lahir sejumlah cerita silat Betawi yang kemudian difilmkan. Antara lain “Si Jampang Jago Betawi”, “Maron Codet”, dan “Oni Perawan Buta”. Dedikasinya sebagai wartawan merangkap penulis cerita silat Betawi yang produktif, terlihat dari foto-foto Zaidin Wahab yang dipasang di ruang tamu, dimana jenazah terbujur kaku yang dikelilingi sanak keluarga, semalam. Selain lukisan foto keluarga dalam ukuran besar, di bawahnya terlihat 3 foto ukuran 10 R. “Foto bapak dengan Gubernur DKI Jakara, Pak Sutiyoso ketika beliau mendapat penghargaan sebagai pelestari kesenian Betawi. Foto dengan Pak Harto sebagai wartawan senior, dan foto dengan Bung Karno saat almarhum jadi wartawan istana,” kata Liza Emilya, putri bungsu Zaidin Wahab. Dari 3 putra-putri seorang pun yang mengikuti jejaknya sebagai wartawan maupun berbakat untuk jadi penulis cerita silat. Bahkan semasa hidup, Zaidin berpesan kepada anak-anaknya, agar jangan ada yang jadi wartawan. “Wartawan itu capek, tidak ada wartawan yang kaya,” kata Zaidin, seperti dikutip istrinya. “Otaknya bapak mungkin sudah terlalu capek. Ide ceritanya di luar kepala, tidak pernah punya catatan,” kata Lizny Zaidin sang isteri, yang mengenal Zaidin saat masih usia 15 tahun. Semasa sekolah Lizny aktif sebagai penari di istana, ikut memeriahkan pembukaan Stadion Bung Karno Senayan. “Nah saya kenal bapak sebagai wartawan saat menari di istana dan bapak bertugas di istana,” kenangnya. Keluarga kemudian menyadari, bahwa profesi wartawan perlu didukung bakat, orang tua tidak boleh memaksakan kehendak kepada anak-anaknya. Bakat itu sendiri, dimiliki Zaidin secara otodidak.

Dipercaya sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Remaja Idola, masih Grup Pos Kota, terus berganti nama dan format tabloid Idola Humor, ganti nama lagi jadi Tabloid Kiat Sehat ( di sini saya ikut bergabung dan diminta jadi redaktur). Media yang disebut terakhir ini pun kemudian ditutup. Saya kembali bertemu Pak Zaidin di media baru dengan posisi sama-sama menjabat redaktur, namanya Harian Pantura. Beliau tidak lama, karena kemudian memilih pensiun. Sedang Harian Pantura akhirnya juga ditutup dan berganti nama Harian Terminal . Koran paling bungsu di Grup Pos Kota ini kemudian “menyusul” pendahulunya : dikubur dalam usia relatif masih muda. (aliemhalvaima.blogspot.com)

Nama Asli

Haji Zaidin Wahab

Nama Lain

Kang Diding

Tanggal Lahir

16 August 1953

Tempat Lahir

Jakarta

Status

Sudah Meninggal

Tanggal Wafat

23 August 2011

Alamat

Matraman, Jakarta Timur.
Karakter-Karakter Ciptaan Zaidin Wahab
No data was found
Komik-Komik Karya Zaidin Wahab
No data was found