Rating 0 / 5. Total vote: 0

Belum ada vote, silahkan anda yang pertama!

Diupload oleh Alex Wienarto
Diperbaharui tanggal

CINTA DI SENJA HARI

“PANJI TENGKORAK, 40 TAHUN KEMUDIAN” (Cinta di Senja Hari).

Setelah cergam “Panji Tengkorak” muncul untuk pertama kalinya di tahun 1968, maka 40 tahun kemudian yakni di tahun 2008, Pak Hans membuat sebuah cergam pendek sebanyak 18 halaman saja sebagai episode pamungkas dari riwayat perjalanan hidup sang pendekar yang juga dijuluki orang sebagai “Pengemis Iblis dari Kidul” ini. Dibuat dalam format majalah (ukuran besar) dan dimuat dalam Majalah Kumpulan Cergam “Kampungan Romansa” (saya kurang tahu kenapa majalah yang bagus isinya ini dinamai demikian) edisi perdana Februari 2010…..

Kisahnya jauh dari adegan sabetan pedang dan puncratan darah. Bahkan dikisahkan bahwa Panji sudah menggantung pedangnya dan hidup mengasingkan diri di “Gunung Tanduk Menjangan”. Namun ia masih merasa terbelenggu oleh sumpahnya terhadap Nesia, wanita yang sesungguhnya amat dibencinya.

*Kilas balik peristiwa di “Pulau Tiga Iblis” 40 tahun yang lalu…..

Panji terpaksa berikrar untuk menikahi dan takkan pernah meninggalkan Nesia, demi menyelamatkan gadis yang sesungguhnya sangat ia cintai yakni Mariani, yang disandera oleh wanita itu. Hingga akhirnya Nesia tewas mengorbankan diri demi keselamatan Panji, dan sebelum ajal menjemput ia meminta agar Panji membawa serta jenazahnya kemanapun ia pergi. Merasa tak punya lagi harapan hidup bersama Mariani karena “terikat sumpahnya dengan Nesia”, Panji pun memutuskan untuk meninggalkan Mariani. Ia menjadi pendekar pengembara yang selalu me-nyeret² peti mati berisi jenazah Nesia di dalamnya. Sehingga sejak saat itu tak ada lagi orang yang menyebut nama “Panji Tengkorak”. Yang ada hanya sang “Pengemis Penarik Peti Jenazah”……

Sementara itu Mariani yang patah hati memutuskan untuk tinggal di Rumah Perguruan “Teratai Merah”. Namun kuatir bahwa suatu saat Panji akan menyusulnya kesana, yang baginya hanya akan membuka luka lama, maka iapun mohon izin kepada Bibi Muri, ketua Teratai Merah, untuk pergi bertapa dan hidup membiara. Sebelum pergi, ia masih sempat menulis sepucuk surat cinta untuk Panji, yang ia titipkan kepada Bibi Muri, karena dia yakin bahwa pada suatu hari Panji pasti akan mencarinya kesana. Bibi Muri pun menyarankannya untuk bertapa di pertapaan “Banyu Putih” yang dipimpin oleh seorang biarawati, teman Bibi Muri sendiri. Ia berjanji merahasiakan keberadaannya dari Panji, bahkan dari siapapun juga….

Benar saja, pada suatu hari Panji yang tak dapat menahan rasa rindunya, datang ke Perguruan “Teratai Merah” untuk mencari Mariani. Bibi Muri tetap bungkam tentang keberadaan Mariani dan hanya memberikan surat yang dititipkan Mariani kepadanya. Dengan rasa kecewa Panji pun pulang ke Gunung Tanduk Menjangan dan setiap hari tak habis²nya membaca surat cinta dari Mariani hingga terbawa mimpi, namun arwah Nesia yang cemburu senantiasa mengganggu dirinya bila ia hendak memadu kasih dengan Mariani, meskipun hanya dalam mimpi. Kerap kali untuk melampiaskan rasa frustasinya Panji ‘turun gunung’ untuk menolong warga perkampungan “Suku Naga” dari gangguan para perampok bekas anakbuah Kebobeok. Disanalah ia melepaskan segala amarahnya dengan menyikat habis para pengacau tersebut…..

*40 tahun kemudian……

Segala sepak-terjangnya yang terkadang tak terkendali itu terdengar oleh sahabatnya, Bariguna. Maka Bariguna datang menyambanginya. Ia menasehati Panji untuk melupakan masa lalunya yang penuh kepahitan dan menatap ke depan guna menata kehidupan yang lebih tenang, jauh dari hiruk-pikuk jagat persilatan. Atas saran Bariguna, Panji membakar jenazah Nesia agar tak perlu me-nyeret² peti matinya lagi, dan menyimpan abunya dalam sebuah kantung. Kemudian ia meletakkan kantung abu jenazah itu bersama dengan topeng tengkorak dan surat dari Mariani dalam sebuah kotak, lalu melarungkannya ke sungai. Ia berharap dengan “menghanyutkan” segenap benda² tersebut, ikut hanyut pula semua kenangan masa lalunya yang penuh diliputi kegetiran…….

Hingga takdir menuliskan suratannya. Seorang remaja putra bernama Dago, yang terobsesi dan ingin berguru kepada sang tokoh legenda Panji Tengkorak, menemukan kotak yang hanyut itu. Betapa senangnya ia menemukan kotak berisikan topeng tengkorak itu. Ia menjadi semakin yakin bahwa pendekar legendaris tersebut bukanlah tokoh dongeng belaka. Selanjutnya kotak itu membawanya ke Perguruan Teratai Merah, sesuai kop surat dimana Mariani menulis surat cintanya kepada Panji. Semula Bibi Muri enggan mengungkapkan keberadaan Mariani. Tapi melihat ketulusan hati pemuda itu, iapun menunjukkan arah pertapaan biara Banyu Putih dimana Mariani berada. Nalurinya mengatakan bahwa kini sudah saatnya mempertemukan kedua insan yang saling mencintai itu. Dago pun menuju kesana……

Kepala biara merasa saatnya telah tiba bahwa takdir akan mempertemukan Panji dengan Mariani. Tak bijaksana membiarkan Mariani terus hidup membiara seraya memendam cinta sejatinya kepada Panji. Namun Mariani yang masih ragu, apakah Panji sudah mau membuka hati bagi dirinya? Bukankah ia telah terikat ikrar kepada Nesia? Tapi melihat kantung abu di dalam kotak, Ibu Kepala Biara menyimpulkan bahwa itu adalah abu jenazah Nesia dan Panji menghanyutkannya sebagai pertanda bahwa ia telah ‘move on’ dan bertekad bulat guna melepaskan diri dari pengaruh wanita Iblis itu. Maka iapun menyuruh Dago pergi ke Gunung Tanduk Menjangan dan mencari Panji Tengkorak agar mau menjemput mempelai sejatinya, meskipun keduanya telah berada di ujung usia senja mereka….

Akhir cerita memang seperti dongeng² Walt Disney. Terjadi pertemuan yang mengharukan antara Panji dan Mariani. Namun dengan bijak Pak Hans memutus ceritanya tamat sampai disini, serta membiarkan para pembaca membuat ‘endingnya’ masing². Tapi saya pribadi lebih suka ‘happy ending’. Panji hidup berbahagia bersama Mariani hingga akhir hayat mereka, serta mengangkat Dago sebagai anak angkat sekaligus muridnya……. *****

Catatan :
Ulasan ini dibuat masih dalam rangka menyambut film animasi “Panji Tengkorak” yang rencana tayang perdana 28 Agustus 2025 yang akan datang…..

Spread the love

Karya

Serial

Penerbit

Genre

Kondisi

07 - Cukup Bagus

Kemasan

Sisipan Majalah

Cetakan

C1 - Cetakan Pertama

ISBN

978-602-96312-0-3

Ijin Terbit Tahun

2010

Jilid

1 Jilid Tamat

Info Lainnya

Tanggal Beli

28 April 2024

Harga Beli

Rp. 150.000

Tamat

Ya
Jumlah Buku
1

Isi Lengkap

Ya

Halaman

1

s/d

18

Jenis Kertas

Kertas Koran

Catatan

Gallery