Kraman karya Teguh Santosa yang dibuat awal tahun 1970an setelah Sandhora.
Komik: Kraman
Pengarang: Teguh
Jumlah: 8 jilid/488 halaman tamat
Penerbit: UP Sastra Kumala
Tahun Terbit: 1970-1971
Perlu waktu luang bagi saya untuk membaca dan menikmati kembali komik Kraman karya Teguh. Alhamdulillah, malam ini saya mampu menyelesaikan membaca komik yang menurut Teguh diharapkan lebih “hebat” dari komik roman Mutiara dan Sandhora (iklan di komik operation galaxy hal 44). Menurut saya komik Kraman adalah komik yang cukup berat untuk dicerna. Berkali-kali saya membaca ulang beberapa halaman untuk meyakinkan pemahaman saya akan alur cerita. Kraman adalah komik roman yang lengkap yang memiliki banyak alur yang bersinambungan. Setelah membaca jilid 6, alur-alur tersebut dapat saya lihat benang merahnya. Jilid 7 dan 8 adalah klimak cerita dan Teguh mengakhiri dengan akhir cerita yang akan membuat pembacanya (setidaknya saya) ngun-ngun dengan rasa teraduk-aduk.
Kraman bukan komik silat, karena memang Teguh membuatnya sebagai komik roman. Ada perkelahian dan ada pertempuran namun tidak ada satu jurus pun yang ditonjolkan, meski ada juga disebut ilmu sirep dalam komik ini.
Kraman adalah komik memiliki alur yang komplit dan terpadu percintaan, kepahlawanan, pengorbanan, pengkhianatan, konspirasi, kasih sayang, persahabatan.
Kraman dimulai dengan konflik yang terjadi dalam kelompok kraman (sebutan belanda untuk pemberontak) antara Warso dan Paidjan. Dalam konflik ini Warso terbunuh dan Narmi, isteri Warso, diculik oleh Paidjan. Bayu yang baru pulang dari perantauan memburu Paidjan untuk menyelamatkan Narmi. Namun Bayu terjebak oleh siasat Paidjan sehingga jatuh menjadi “tawanan”. Bayu pun bertemu Narmi, dan ternyata keduanya adalah sepasang kekasih sebelum Narmi jadi isteri Warso, sepupunya. Bayu mengalah dan memilih untuk pergi merantau. Di kampung markas Paidjan, Narmi secara fisik baik-baik saja karena Paidjan juga mencintai Narmi. Pertemuan Narmi dan Bayu kembali membangkitkan lagi rasa cinta keduanya. Oleh Paidjan, Bayu dipaksa menyamar menjadi Raden Ario, yg konon kabarnya berwajah mirip dengan Bayu. Bayu tak bisa menolak karena ternyata ibu Kandung Bayu, Wulandari, juga ditahan oleh Paidjan.
Raden Ario, anak dari Wedono Pringsewu, Ronggotenojo, adalah penganten baru yang harus “diganti” oleh Bayu. Raden Ario adalah petugas penarik pajak pemerintah hindia belanda. Tujuan penyamaran Bayu yang diharapkan Paidjan adalah untuk mengelapkan uang pajak untuk diserahkan pada pada Paidjan. Paidjan dan kelompok dengan menggunakan ilmu sirep berhasil menculik Ario dan menempatkan Bayu untuk menggantikannya. Penyamaran berhadil. Arii diculik dan dibawa ke markas, sementara Bayu menjadi Ario. Isteri Ario tidak menunjukkan rasa curiga. Bahkan pada pagi harinya mendorong Ario segera bertugas mengumpulkan pajak.
Dalam perjalanan tugas itu, kelompok “Ario” disergap oleh kelompok kraman lain. Semua kelompok “Ario” tewas, kecuali “Ario”. Namun penyergap menduga “Ario” telah tewas. Bayu pun menyelidiki siapa yang menyerang dia. Dalam penyelidikan, dari seorang wanita yang bernama Tjempaka, penyerangnya adalah kelompok Merah Delima, kelompok kraman yang besar di belahan jawa bagian timur. Usaha mencari Nerah Delima tidak berhasil karena Bayu ketahuan oleh salah seorang anggota Merah Delima yang mengangap Bayu adalah Ario, antek kompeni yang menjadi musuh mereka.
Bayu pun mundur sambil menyusun siasat kembali untuk membebaskan ibunya dan Narmi. Bayu pun mendekati markas kelompok Paidjan. Keahlian menyumpit Bayu menguntungkan untuk menghabisi kelompok Paidjan. Dengan sumpit beracun, dan dengan mengenakan topenf, Bayu menghabisi anggota Paidjan yajg ditemuinya. Bayu mengaku sebagai orang dari kelompok Merah Delima.
Bayu pun bertemu dengan Tjempaka, yang ternyata melarikan diri dari kelompok Merah Delima. Pertemuan yang penuh rasa curiga antara keduanya, bernuara pada rasa saling membutuhkan. Bayu juga menyelamatkan Rochim, temannya yang jadi tawanan Paidjan, yang tengah dikejar-kejar orang2 Paidjan karena melarikan diri. Dari Rochim, Bayu tahu kalau Narmi sdh mati bunuh diri ketika kabar Bayu terbunuh ketika menyamar menjadi Ario. Dari informasi Tjempaka, akhirnya Bayu dapat bertemu dengan pimpinan Merah Delima. Pimpinan Merah Delima adalah Retno Pribadiningrat, isteri Ario. Retno adalah seorang perempuan yang menyukai perempuan. Perkawinan dengan Ario adalah taktik Merah Delima untuk menguasai harta keluarga Ario.
Dalam pertemuan itu, Retno langsung mengenal Bayu. Sejak Bayu menyamar sebagai Ario, Retno sebetulnya sudah tahu, kalau Ario bukan Ario yang sebenarnya. Ini karena Ario adalah pemeluk Hindu, sementara Bayu adalah pemeluk Islam (kok bisa tahu ya… kira2 apa ya.. hehehe). Bayu pun kemudian menceritakan tujuan untuk membebaskan ibunya dari Paidjan dan Retno berkeinginan agar tujuan setiap kelompok kraman adalah menentang penjajahan, sehingga kelompok Paidjan sdh melenceng harus dihukum. Retno pun membantu Bayu dengan pasukan untuk menghukum Paidjan, sementara Tjempaka dikembalikan kepada Retno, untuk menjadi kekasihnya.
Kelompok Paidjan dapat dikalahkan. Ibu Bayu tidak ditemukan di markas, karena telah dibebaskan ketika Paidjan tahu Bayi terbunuh ketika tengah menyamar sebagai Ario. Paidjan berhasil meloloskan diri.
Di markas Paidjan, bekas anak buah Paidjan dan anggota Merah Delima menginginkan Bayu untuk memimpin mereka. Bayu pun menyanggupi dan kemudian berusaha menyatukan semya kelompok kraman di wilayah timur Jawa di bawah komandonya. Retno, kehilanfan fokus memimpinnya, cinta dan birahibya pada Tjempaka menjadi yang terpenting dalam hidupnya sehingga mengabaikan Merah Delima. Tak lama kemudian, markas Merah Delima diserang tentara kompeni, hancur dan habis. Retno berhasil selamat dan melarikan diri bersama Tjempaka. Bayu terlambaylt menolong markas Merah Delima.
Dalam pelarian, Retno dan Tjempaka ditolong oleh Ario, yang ternyata masih hidup. Ario berhasil lolos dari Paidjan ketika dia ditembak dan dibenamkan di sungai Brantas. Rahasia Ario dan Bayu pun menjadi jelas. Bayu adalah saudara kembar Ario. Ario tahu karena sang ayah pernah menceritakan ttg kisah cintanya dengan Wulandari yang melahirkan anak kembar. Perbedaan status dan status sudah beristri memaksa mereka berpisah. Wulandari membawa Bayu dan Ronggotenojo membawa Ario. Ketika dalam pelarian diri, Ario menolong seorang wanita buta yang terluka. Ketika siuman, wanita buta itu mengira Ario adalah Bayu, karena suaranya. Aryo pun tahu bahwa yang ditolong adalah ibunya sendiri.
Tinggal tiga, dengan Aryo memungkinkan Tjempaka untuk melarikan diri. Dalam pelarian, Tjempaka ditolong Bayu yang tengah mencari Retno dan Tjempaka. Bersama Tjempaka, Bayu dan kelompoknya bertemu dengan Ario dan Retno. Dari cerita Aryo tahulah bahwa mereka bersaudara dan Ario tidak pernah memihak pada penjajah. Ario dan kekuarganya selama ini berusaha mengumpulkan uang untuk tujuan pendanaan pejuangan melawan penjajah. Harta inilah tang membuat Paidjan meminta Bayu untuk menyamar menjadi Ario. Harta ini pulalah yang membuat Merah Delima, Retno, pecinta sesama, memikat Ario untuk menjadi suaminya. Harta inilah yang membuat ibu angkat Ario mengkhianati Ronggotenojo sehingga ditawan kompeni.
Persatuan dua saudara ini membuat kelompok kraman wilayah timur semakin kuat. Bayu dengan kekuatannya, Aryo dengan hartanya. Tjempaka pun hamil. Di belahan barat Jawa, meletus perang oleh Pangeran Diponegoro. Bayu berkeinginan untuk bertemu dan menawarkan bantuan pada Pangeran Diponegoro. Tjempaka meminta agar Bayu berangkat setelah anaknya lahir, namun karena pertimbangan mendesak, Bayu meminta Ario untuk menyamar jadi dirinya untuk menemani Tjempaka dan Bayu menyamar jadi Ario berangkat ke yogyakarta.
Sayangnya momen ini dimanfaatkan oleh Retno untuk menghabisi Tjempaka. Dengan meminta salah seorang snak buah, Suro, untuk meracuni makanan “Bayu” dan Tjempaka dan membakar rumah mereka. Usaha Suro berhasil. Suro mendapat upahnya, ketika berada di puncak berahi, Suro ditikam oleh Retno. Ternyata Suro tidak langsung mati, sempat mengaku ketika diketemukan oleh teman2nya. Karena firasat, Bayu pun kembali ke markas. Setelah tahu duduk perkaranya, Retno pun dijatuhi hukuman mati. Dalam proses hukuman mati, tiba2 kompeni atas bantuan Paidjan menyerang markas. Retno pun mati terkena ledakan meriam. Tanpa persiapan kelompok merah delima kocar-kacir. Bayu siap habis2an melawan, namun ternyata Paidjan sudah menawan Tjempaka, Ario dan Ronggotanojo. Mereka berhasil lolos dari racun dan pembakaran rumah karena Ario sdh mencurigai Sura terlebih dahulu. Sayangnya dalam proses sembunyi mereka tertangkap oleh Paidjan. Dari hasil negosisasi akhirnya Bayu, Ario dan Ronggotanoyo yang ditangkap kompeni. Tjempaka dibebaskan.
Bagaimana kelanjutannya? Apakah mereka mampu meloloskan diri? Bagaimana dengan Paidjan? Saya ngun-ngun dan teraduk-aduk untuk menceritakan di sini.
Sinopsis diambil dari FP Akhmad Makhfat.