Rating 5 / 5. Total vote: 1

Belum ada vote, silahkan anda yang pertama!

Diupload oleh Alex Wienarto
Diperbaharui tanggal

PENDEKAR SELEBOR

Komik ini merupakan logi pertama dari dwilogi “Pendekar Selebor (PS)” & “Api di Langit Kulon”. Khusus utk PS, Pak Ganes TH terinspirasi dari film berjudul “The Drunken Master” yg menjadi film terlaris tahun 1978 dan mengangkat nama Jackie Chan menjadi aktor papan atas di genre laga komedi Mandarin.

Yg membuat saya salut adalah kepiawaian sang Maestro dlm menggambarkan suasana kehidupan pesantren dgn begitu mengesankan dalam dwilogi “Pendekar Selebor” dan lanjutannya “Api di Langit Kulon”. Ini tak lepas dari masa kecil beliau di Banten, yg meski terlahir di lingkungan keluarga keturunan Tionghoa, namun beliau amat akrab dgn anak2 pesantren bahkan kerap tidur di mesjid2 bersama mereka.

Sinopsis :

Tubagus Mansur seorang terpandang di daerah Pandeglang, Banten. Ia memiliki Perguruan Silat yg disegani. Namun ia sering dibikin jengkel akibat ulah putranya yg bengal dan sering membuat onar, meskipun dalam banyak hal keonaran tsb terjadi karena Maulana, begitu nama putra semata wayang tsb, timbul dari keinginannya membantu kaum lemah. Hingga suatu saat Maulana menjadi saksi mata terbunuhnya sang paman, Gomar, di tangan seorang pembunuh bayaran bernama Ki Badil. Belum lagi urusan sang adik yg terbunuh itu terpecahkan, Tubagus Mansur sdh dibuat kalang-kabut akibat ulah Maulana selanjutnya, yakni membuat babak-belur Rd. Tirta, putra Wedana Lebak. Meskipun Maulana menghajar Tirta krn membela seorang gadis bernama Mumun. Hal itu mendatangkan masalah besar bagi Tubagus Mansur yg dituntut pertanggungjawaban oleh Sang Wedana.

Selanjutnya dgn pertimbangan agar bisa fokus mencari siapa dalang dibalik pembunuhan sang adik, juga demi keselamatan putranya yg pasti jadi incaran si pembunuh bayaran karena telah jadi saksi mata pembunuhan tsb. Maka Tb Mansur memutuskan mengirim Maulana ke Pesantren Al Hidayah di Labuhan, milik sahabat lamanya K.H. Asnawi. Pendidikan yg terkenal keras dan disiplin dari Kyai tersebut diharapkan dpt mengendalikan kebrandalan dan ke-ugal2an sang putra. Mendengar dirinya akan dikirimkan ke pondok pesantren, Maulana memutuskan utk kabur dari rumah. Betapa kagetnya Maulana krn ia malah Kyai Asnawi yg tengah berusaha dihindarinya. Setelah bbrp kali gagal dlm usahanya kabur dari Kyai tsb, iapun menyerah dan pasrah mengikuti Kyai Asnawi ke pondok pesantrennya yg terletak di Labuhan.

Setelah mulai mendalami ilmu agama dan silat di pesantren Al Hidayah, Maulana pun menyadari bhw prasangka buruknya thdp pondok pesantren tsb selama ini ternyata salah besar. Disana ia justru mendapatkan pendidikan akhlak sehingga menyadari bhw sikap arogan dan jumawanya selama ini adalah keliru serta telah menyusahkan orangtuanya. Iapun mencontoh kepribadian Yusuf Bahar, murid tertua yg dipercaya mewakili Kyai Asnawi memimpin pondok pesantren tsb karena sang Kyai sering berkelana mencari anak2 yatim piatu serta difabel yg terlantar dan butuh pertolongan. Bukan hanya manusia, di pesantren tsb juga ada seekor macan putih yg konon diselamatkan oleh sang Kyai dari hutan Ujung Kulon sejak kecil karena induknya mati ditembak pemburu. Kini Si Putih itupun menjadi penjaga yang amat setia di pondok pesantren itu.

Hingga tak terasa 2 tahun berlalu. Suatu hari Maulana melihat Si Putih menolong seorang wanita yg pingsan hanyut terbawa ombak ke pantai. Ternyata ia adalah Mumun. Setelah sadar, ia pun menceritakan peristiwa yg telah dialaminya sbb:

Setelah ditolong oleh Maulana dari gangguan Rd. Tirta, Mumun terus jadi incaran anak Wedana tsb. Bahkan ia hendak menjadikan Mumun sbg gundik. Mumun menolak. Tirta marah lalu menyuruh Kumpeni utk memenjarakan ayah dan adiknya. Mumun sendiri dijadikan pembantu di rumah sang Wedana. Maka mulailah siksaan dialami Mumun. Untunglah ia selalu ditolong oleh 2 orang pegawai di rumah sang Wedana, yakni Bi Emot yg bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan Subena yg bertugas sbg centeng. Keduanya menjadi karyawan bukan karena suka kpd sang Wedana, melainkan justru mencari kesempatan utk membalas dendam. Ayah Subena tewas di tangan Ki Badil atas perintah Wedana tsb.

Sampai pada suatu hari Mumun akan dikawin paksa dgn Tirta. Subena yg berusaha menolongnya terpaksa harus berurusan dgn Ki Badil. Namun Subena yg ilmunya masih dibawah Ki Badil terluka parah dan nyaris dibunuh oleh si pembunuh bayaran. Berkat bujukan Mumun yg mirip putrinya Mirah yg sedang sakit parah, Ki Badil pun urung membunuh Subena. Melihat pembunuh bayaran andalannya bertobat shg tdk dpt dimanfaatkan lagi, Wedana meminta Meneer Jansen sahabatnya agar mengerahkan pasukannya guna menghabisi Ki Badil dan Subena yg sdh tak berguna lagi bagi dirinya. Sebelum dibawa Kumpeni ke penjara, Ki Badil masih sempat menasehati Mumun agar pergi mencari KH Asnawi  krn konon hanya dialah yg bisa menyelamatkan nyawa Subena. Tak sudi ditangkap lagi dan dipaksa kawin dengan Tirta, maka gadis itu pun nekad terjun ke laut hingga ia pingsan dan hanyut terbawa arus sampai ditemukan oleh Si Putih.

Maulana geram mendengar kisah Mumun. Iapun segera pergi utk menyelamatkan ayah dan adik Mumun, juga menjemput Subena utk diobati oleh Kyai Asnawi agar terluput dari maut.

 

Karya

Serial

Penerbit

Genre

Kondisi

03 - Kurang

Kemasan

Softcover

Cetakan

Bundel

ISBN

Tidak Ada

Ijin Terbit Tahun

1980

Bundel

A, B, and C