Saat Mengisi liburan rencananya saya mau membaca kembali sebuah komik bertemakan epos kepahlawanan ala sang Maestro Ganes TH yang berjudul TAUFAN. Dan spt biasa bila hendak membaca karya beliau, saya mempersiapkan diri untuk mengikuti prinsip2 alur pemikiran beliau sbgmn dijelaskannya kpd Dr. Marcell Boneff ketika suatu ketika beliau diinterview oleh doktor Perancis yang banyak menelaah ttg komik Indonesia tsb.
Waktu itu Dr. Marcell Boneff konon mengatakan bahwa semua yang dilukiskan oleh Ganes dalam komik-komiknya semata merupakan fiksi alias khayalan belaka. Namun sang Maestro menjawab bahwa semua yang beliau gambarkan sejatinya adalah sesuatu yang realistis atau ada dalam kenyataan disekitar kita se-hari2, tapi untuk membuatnya menjadi lebih menarik tentu saja beliau memberikan bumbu2 penyedap atau membuatnya jadi agak berlebihan alias hyperbola…
Demikianlah maka dari itu untuk TAUFAN saya selalu membayangkan peristiwanya menjadi 4 babak dgn kronologis sbb:
4. Peristiwa belasan tahun kemudian setelah Indonesia merdeka, dan Suryadi seakan menjadi korban atau bahkan tumbal yang harus dibayar untuk kemerdekaan tsb. Bgmn tidak? Ia harus jadi orang cacat, kehilangan anak istrinya yang direbut oleh Branoto bahkan hrs berpisah jln dgn teman2 seperjuangannya sewaktu menyerbu ke penjara pulau Neraka dulu. Tapi untunglah Ganes TH selalu memberikan happy ending bagi pembaca. Beliau mengisahkan Branoto amat setia dan sayang kpd anak istri yang ia rebut dari Suryadi dan tidak menelantarkannya.